Lihat ke Halaman Asli

Jika bukan Integritas. Lalu Apa ?

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bukankah manusia akan dinilai dari kemampuannnya menepati komitmennya? Yah kuyakini itu sebaikbaik keyakinan ku atas sesuatu berjudul kepemimpinan.

Orang tua ku mencontohkan konsistensi pada komitmen, sejak kami kami kecil. Tak pernah ada ijin beli komik baru yang mungkin dikabulkan kapan saja. Tak pernah ada ijin nonton serial kungfu yang siar setelah jam 9 malam kalau bukan tak harus sekolah esoknya.

Ketegasan namun bukan semata ketegasan dan tak berubah pikiran. Tapi pemenuhan atas komitmen menjadi konsekuensi yang beriringan. Orang tuaku kemudian melepas kami di toko buku dan dibebaskan pilih serial detektif dan komik yang kami suka jika akhir masa ujian, mengijinkan kami tidur larut sewajarnya dan nonton serial yoko atau lainnya jika libur didepan mata.

Integritas lah yang mereka tunjukan. Integrity mereka perkenalkan. Integritas atau integrity untuk kami.

Di masa saat manusia saling meragu saling curiga sulit percaya dan berlanggaran, integritas menjadi suatu hal yang luar biasa mahal. Tak sekedar jujur dan tak mendusta, tapi pemenuhan janji menjadi cerminan integritas.

manusia yang dipercaya dengan sel kelabunya. diberi Yang Maha untuk menggunakannya. ditantang dunia untuk membaginya. di nanti masa untuk buktikannya.

Jika integritas tak lagi manusia punya. Lalu apa?

manusia diberi amanat menjadi pemimpin sedikitnya atas dirinya. lha jika integritas tak dipunyanya, lalu apa?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline