Lihat ke Halaman Asli

Sumber Mata Air di Pasar Tradisional Papringan Gong Supit

Diperbarui: 3 Januari 2023   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pasar Tradisional Papringan Gong Supit merupakan pasar tradisional yang dibuat oleh warga sekitar yang berada di Magelang lebih tepatnya lagi di dusun Tumbreb, Tersangede, Salam. Kenapa sih bisa dinamakan Gong supit? Menurut pak Martono selaku ketua dari berdirinya pasar tradisional papringan gong supit, Dulunya ada sumber mata air besar yang menyebabkan warga sekitar kehilangan hewan peliharaannya dan sebagainya.

Hewan peliharaan seperti kerbau yang terbawa oleh air yang disebut dengan perairan"tuk" dan pada akhirnya ditutup dengan gong yang besar oleh mbah Suto selaku ketua RT dulu di dusun ini, agar tidak terjadi lagi warga yang kehilangan hewan peliharaannya. Mengapa dinamakan supit? Karena ada kebun bambu luas yang ada di dekat perairan itu namanya supitan.

Pasar Tradisional Papringan Gong Supit ini jika ingin dicari gong besar yang dibuat untuk menutupi perairan"tuk" masih ada tetapi sulit untuk dicari karena sudah terpendam oleh tanah berpuluh-puluh tahun lalu. Dan pada akhirnya warga sekitar mempunyai ide untuk membuat pasar tradisional papringan Gong Supit pada tahun 2018.

Setelah adanya permusyawarahan terhadap warga dan warga sekitar setuju akan membuatnya pasar tradisional tersebut, selanjutnya warga memulai membuat rangkaian tempat-tempat untuk para warga berjualan dan area permainan anak-anak menggunakan bambu dan lain sebagainya. Lalu selesai pembuatannya pada akhir awal tahun 2019 tepatnya di bulan februari dan pada tanggal 28 april 2019 awal mulanya pasar tradisional papringan Gong Supit dibuka.

Dalam pembuatan pasar tradisional papringan gong supit ini bertujuan untuk memakmurkan warga dusun Tumbreb ini mempunyai mata pencaharian tambahan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada uang kas dusun dan ingin memperkenalkan desanya menjadi di kenal oleh masyarakat luas. Orang-orang yang berjualan mengenakan baju lurik dan, saat berbelanja menggunakan koin(gong) yang berwujud kayu bulat. Dan sebelum masuk harus menukarkan uang dengan gong yang satu gongnya Rp. 2000.

Disini bisa membeli makanan, minuman tradisional, kerajinan tangan dan untuk yang membawa anak-anak bisa bermain menggunakan permainan tradisional seperti egrang, gangsing bambu, bakiak, dan lain sebagainya. Selain itu udara yang ada disini sejuk, dingin bisa buat warga yang datang jadi betah dan untuk yang sudah datang akan kembali lagi. Pasar ini buka setiap hari Minggu Wage dan Minggu Pon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline