Lihat ke Halaman Asli

Kongres XVII IPNU ; Wujudkan Independensi IPNU bersama Nafas

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1354512510510175169

Suasana panas di kongres XVII IPNU ini begitu terasa. Berbagai cara politik dilakukan menjelang detik-detik pemilihan ketua umum PP. IPNU 2012-2015. Semua calon mengklaim dirinya yang terbaik dan dapat merubah IPNU kedepan menjadi lebih baik. Tapi kita harus mengenal siapakah calon ketua yang akan memimpin kedepan. Cara berpolitiknya juga akan mempengaruhi iklim IPNU yang akan dipimpinya pada masa yang akan datang. Untuk itu kami akan memberikan gambaran tentang cara berPolitik Nafas. Sejak diberikan restu oleh Para Kyai Sepuh untuk maju menjadi Caketum PP.IPNU, rekan Muhammad Nahdhy Fasikhin (NaFas) menetapkan visi untuk melawan kapitalisasi ditubuh IPNU. Dengan rumusan visi ini dimaksudkan bahwa IPNU dalam kepengurusan berikutnya kelak menjadi IPNU yang beridealis dan terhindar dari politik pragmatis. Adapun indikator-indikator mengapa kita harus memilih rekan Nahdhy sebagai Ketua umum PP. IPNU 2012-2015 diantaranya :

1.Independensi IPNU

Rekan Nahdhy maju menjadi calon ketua umum setelah dipercaya dan direstui oleh para kalangan Kyai di Jawa salah satu diantaranya KH. Mu’tashim Billah (pamannya). Pendekatan yang digunakan Rekan Nahdhy adalah pendekatan persaudaraan pelajar santri dan pondok pesantren. Rekan Nahdhy yakin dengan merangkul kalangan pondok pesantren, Pelajar dan kader2 NU daerah untuk bekerjasama dan menjauhi kalangan politik, IPNU kedepan akan beridealis dan terjaga dari kepentingan politis. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh kandidat-kandidat lain yang di back-up bahkan melakukan perjanjian khusus dengan partai politik atau actor-aktor politik agar bisa menjadi ketua umum.

2.Ciptakan politik bersih

Dari penjelasan diatas, kita bisa menafsirkan bahwa politik yang diciptakan oleh Rekan Nahdhy adalah politik yang bersih. Kita harus bertawassuth dalam mangambil sikap dan tindakan untuk memilih kandidat ketua umum. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus kita ketahui terkait cara pendekatan kandidat-kandidat lain. Apakah mereka-mereka melakukan kecurangan-kecurangan seperti :

·Money politik.

Para kandidat memberikan Uang kepada peserta dengan perjanjian harus memilih mereka.

·Hide campaign/black campaign.

Para kandidat menempuh segala cara untuk menang seperti pendekatan provokatif kepada peserta.

3.Muhammad Nahdly Fasikhin komitmen menang bersama IPNU.

Keseriusan dan komitmen Rekan Nahdhy kapada IPNU dibuktikan dengan jabatan yang pernah diamanatkan kepadanya. Beliau pernah menjabat sebagai ketua komisariat MA Pandanaran, lalu Ketua PC IPNU Kab. Sleman dan yang terakhir ini sebagai ketua PW IPNU DI. Yogyakarta. Sekarang dalam kongres XVII, Rekan Nahdhy yakin dan berkomitmen untuk menang bersama IPNU baik IPNU tingkatan wilayah, cabang maupun daerah. Harapannya, kita semua ingin agar IPNU kembali menyapa kader-kader NU sebagai kader cultural yang telah lama mengakar sejak dulu kala. Kader IPNU tidak ingin melihat elit-elit IPNU melupakan mereka karena kesibukan mereka bermain politik, apalagi sampai membawa IPNU ke dalam ranah politik yang memiliki kepentingan pragmatis sesaat. Pertanyaanya, sanggupkah kader IPNU melawan godaan-godaan politik pragmatis di Kongres XVII IPNU ini? Jawabannya ada di dalam diri masing-masing kader IPNU. Wallahu a’lam.

“Nafas For IPNU 1:

Lawan Kapitalisasi IPNU

Belajar Berjuang Bertaqwa”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline