Sore itu jarum jam tepat berada di angka empat menandakan selesainya mata kuliah sinematografi.
"Baik selesai sudah kuliah saya hari ini, jangan lupa tugasnya dikumpulkan minggu depan," ujar Pak Dosen.
Para mahasiswa mulai pergi meninggalkan ruang kelas tak terkecuali seorang gadis cantik bak rembulan dengan rambutnya yang sebahu berwarna hitam bernama Kirana. Setiap harinya Kirana selalu membawa kendaraan ke kampus dengan mobil BMW berwarna merah, sama seperti manusia Jakarta yang kaya raya pada umumnya. Tapi hari ini Kirana tidak membawanya mobil itu sedang ada masalah, sepulang kerja Ayahnya berjanji akan menjemputnya dengan sepeda motor agar dapat menghindari kemacetan.
Kirana sudah menunggu Ayahnya di depan kampus, tiba - tiba Ayahnya menelfon.
"Hello, Pah?"
"Maaf ya Kir, Papah gabisa jemput masih ada kerjaan di kantor," ujar Ayahnya
Mendengar perkataan Ayahnya itu Kirana langsung mematikan telfonnya dengan wajah kesal campur bingung dan ketakutan sebagaimana seorang perempuan yang janjinya diingkari oleh seorang lelaki. Tapi itu adalah Ayahnya, orang tuanya sendiri Kirana berusaha meredam kekesalannya. Kala itu para sopir taksi sedang berdemo di depan kantor DPR, Kirana semakin bingung bagaimana caranya agar bisa sampai rumah, sebenarnya ia ketakutan karena belum pernah berpergian dengan kendaraan umum sendirian.
Dalam kondisi seperti itu tiba - tiba ada yang berteriak Kirana.
"Kirana..."
Seorang lelaki gondrong dengan jaket jeans teman sekelas Kirana dalam mata kuliah sinematografi, dia biasa dipanggil Masjohn oleh teman - temannya.
"Ngapain Kir di depan kampus?" Masjohn tiba - tiba bertanya.