Lihat ke Halaman Asli

Cerpen: Sudah Bukan Rahasia Bahwa Aku Suka

Diperbarui: 24 Oktober 2023   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Rafael Cerqueira: https://www.pexels.com

Hari Jumat siang seperti biasa Pendidikan dan Latihan alias Diklat Pramuka di sekolahku dimulai tepat pukul setengah dua. Aku merapikan kembali balok berlambang dua tunas kelapa di atas kedua bahu sambil kembali mengecek tampilan di cermin toilet. 

Setelahnya aku berlari kecil ke belakang barisan murid kelas sepuluh untuk berjaga kalau-kalau selama apel pembukaan nanti ada murid yang sakit.

Apel selesai. Barisan murid dibubarkan supaya kembali ke kelas masing-masing untuk diberikan penjelasan tentang materi hari ini. Sesuai hasil rapat kemarin, tugasku kali ini menjadi koordinator lapangan yang berkeliling ke setiap kelas dan memastikan Diklat berjalan sesuai jadwal.

"Nay, mumpung hari ini lo nggak kebagian tugas ngajar, bisa kali sepik-sepik Kak Adit." kata Sinta, salah satu Bantara yang hari ini mengajar di kelas 10 Bahasa A.

Bicara tentang Kak Adit, ia adalah salah satu anggota Dewan Pramuka sekolahku. Dewan adalah sebutan untuk siswa kelas 12 yang sudah purna kepengurusannya dan hanya bertanggung jawab mengawasi setiap kegiatan Pramuka yang dijalankan para Bantara kelas 11.

Memang sudah menjadi rahasia umum kalau aku, Nayra Handhita, siswi 11 IPA B, menyukai Adit Narendra, siswa 12 IPA C. Bisa dibilang, aku senang-senang malu. Senang karena tanpa harus confess, Kak Adit sudah tau perasaanku. Malu karena bayangkan saja satu sekolahan, bahkan Pak Satpam, tau soal kisah cinta monyet SMA-ku yang bertepuk sebelah tangan!

"Nggak ah, ogah banget. Yang ada nanti dia risih kalo gue mepet terus kayak gitu!" sahutku sambil melipat kertas berisi jadwal kegiatan ke dalam saku.

"Ey, dicoba aja dulu. Apa perlu gue bantuin awalannya? Hm? Hm?" Kedua alis Sinta naik turun menggodaku. "Lagian Nay, siapa tau ternyata Kak Adit kita yang gagah itu juga ada perasaan ke elo!"

"Gak usah ngelantur! Udeh sana ngajar, ah. Waktu ini lho, Sinta, waktu!" ucapku sambil mengetuk-ngetuk jam tangan. Sinta hanya membalas dengan gerakan hormat dan cengiran lebar.

Tidak kusangka hari ini semuanya berjalan sesuai rencana. Diklat di setiap kelas dipenuhi semangat adik-adik kelas sepuluh. Gemas sekali melihat mereka sangat antusias dengan materi tali temali yang diajarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline