Lihat ke Halaman Asli

Abnormalkah Perilaku-Ku Ini?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah normal dan abnormal. Dalam masyarakat, segala sesuatu yang terjadi/berlangsung sebagaimana umumnya maka disebut perilaku normal meskipun perilaku itu sejatinya melanggar norma. Contohnya seperti mencontek saat ulangan, mencari tempat duduk yang strategis ketika ujian, remaja yang kebut-kebutan di jalan raya dan sebagainya. Sedangkan segala sesuatu yang tidak sesuai pada umumnya maka disebut dengan perilaku abnormal, sekalipun sejatinya tidak melanggar norma sosial. Contohnya diet yang berlebihan sampai membuat sakit, menangis 7 hari 7 malam karena diputusin pacar, dan sebagainya.

Pemberian kategori ini seringkali bersifat merugikan, baik bagi pelaku maupun keluarganya. dan justru pada beberapa kasus hal ini dapat memperparah kondisi ke-abnormal-an. Misalnya: seorang anak yang ditinggal mati kedua orang tuanya dan mengalami depresi. Dia menjadi sering murung dan suka berbicara sendiri. Pada keadaan awal, anak ini sebenarnya membutuhkan perhatian yang lebih dari keluarga, teman, saudara sebagai pengganti orang tuanya yang telah meninggal. Namun karena lingkungan dia tidak mendukung, keluarganya, temannya, saudaranya tidak memberikan social support, bahkan membiarkannya sendiri larut dalam kesedihan dan mencemoohnya, maka hal ini dapat memperparah kondisi kejiwaannya, sehingga depresi yang pada awalnya termasuk depresi ringan berubah menjadi depresi akut.

Banyak sekali fenomena seperti di atas yang terjadi di sekitar kita. Kita terlalu mudah untuk men-judge seseorang yang memiliki kebiasaan “tidak pada umumnya” sebagai orang gila, orang yang kesurupan, ataupun orang yang tidak waras. Dan ketika kita telah men-judge orang seperti itu, kita pun semakin enggan untuk mendekatinya. Kita lebih sering untuk menghindarinya karena alasan takut dan menjaga keamanan.

Miris sekali bukan??? Orang yang seharusnya mendapat pertolongan malah dengan sengaja kita hindari, dan takuti keberadaannya.

Para ahli telah membuat klasifikasi mengenai perilaku normal-abnormal. Lantas apa yang sebenarnya menjadi patokan “abnormal” seseorang???

Salah satu kategori normal menurut Nevid, Rathus, dan Green (2003) adalah, individu yang mampu melakukan self-fullfilment (pemenuhan diri). Artinya individu tersebut dikatakan normal ketika kehidupannya dari waktu ke waktu semakin membaik, mengalami peningkatan, terpenuhi kebutuhannya, tercapainyakeinginannya, dan bergerak menuju kesempurnaan. Individu yang dapat melakukan self-fullfilment pada dirinya maka dia akan berusaha untuk berperilaku, berpikir, mengambil keputusan, bertindak lebih baik dan lebih baik lagi daripada sebelumnya. Sehinga kualitas kehidupannya tidak pernah stagnan atau bahkan mengalami kemunduran.

Sedangkan seseorang yang tidak mampu melakukan self-fullfilment pada dirinya,maka dia mengalami self-defeating. individu tersebut memiliki kualitas kehidupan yang dari waktu ke waktu mengalami kemunduran. Dia semakin terpuruk dengan keadaannya karena dia tidak mampu menggunakan potensi dirinya untuk bersosialisasi dan berinteraksi baik pada sesama manusia, maupun pada lingkungannya.

Hal ini mengingatkan saya tentang hadis Nabi: “Hari ini harus lebih baik dari  hari  kemarin, jika  hari ini sama seperti  hari kemarin kita adalah golongan orang yang rugi, dan jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin kita termasuk golongan yang celaka”.

Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menjalani kehidupan ini kita harus senantiasa berada pada jalur pencapian diri yang terbaik. Kita tidak boleh menjadi orang yang rugi apalagi orang yang celaka. Naudzubillah!!

Jadi, salah satu cara mengetahui apakah perilaku kita termasuk perilaku normal atau abnormal adalah dengan menilai kinerja kita apakah dari waktu ke waktu semakin membaik atau bahkan sebaliknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline