Lihat ke Halaman Asli

Jilboobs, Fenomena Menyimpangkah?

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

sebenarnya kita tidak bisa bisa serta merta menyalahkan satu pihak dalam memahami fenomena jilboobs ini.

jilboobs paduan kata jilbab dan boobs (payudara) sebelumnya Mbak Julia Suryakusuma telah menulis artikel di Jakarta Post 'Jilboobs': A Storm in a D-cups

fenomena jilbab dalam konteks sejarah pada masa orde baru adalah sebagai sebuah simbol perlawanan. tanpa kita sadari memang pada masa orde baru terjadi integrasi koersif terhadap agama dan kepercayaan yang telah membuat punahnya hampir 400 kepercayaan di Indonesia.

tetapi sejarah yang terus berubah mengubah pula bentuk jilbab sebagai simbol perjuangan masa orde baru menjadi simbol keislaman pada masa kini, reformasi. bahkan, beberapa komunitas mulai memperkenalkan jilbab tidak lagi sekedar penutup kepala tetapi juga item fashion sehingga para artis pun ramai-ramai berjilbab. jilbab menjadi komoditas kapitalis dengan istilah hijab dan dipopulerkan oleh berbagai media kini.

Jilboobs dianggap sebagai suatu fenomena berjilbab yang menyimpang. bahkan MUI sudah terang-terangan melarangnya.

penampilan memang salah satu syarat utama kita mau melakukan interaksi. dan pakaian yang pantas adalah syarat utama bagi kita untuk menilai bagaimana seseorang layak kita perlakukan dalam interaksi. jilboobs adalah salah satu fenomena berpakaian perempuan yang dianggap menyimpang. tubuh perempuan memang tidak ada habisnya untuk diperdebatkan seakan-akan Indonesia ini sudah kehabisan stok masalah untuk diselesaikan.

secara natural atau bentukan, jujur saja. perempuan memang menyukai bersolek. perempuan suka tampil menarik (Sebenarnya manusia memang ingin tampil menarik) jilboobs adalah salah satu kelakuan perempuan untuk tampil menarik.

tapi tunggu dulu, jangan dulu rekatkan nilai terhadap fenomena ini. mari kita analisis terlebih dahulu.

apakah salah perempuan yang sebagai manusia untuk tampil menarik?

di Indonesia kini akibat pempopuleran pemakaian jilbab sebagai "penyempurna" islam membuat seakan-akan alasan bahwa untuk beragama islam maka perempuan harus berjilbab. disini dilematikanya muncul. islam bukan agama kaku yang muncul dengan satu sumber dan satu tafsir. alasan mengapa islam bisa dengan mudah diserap oleh penduduk indonesia sejak abad ke-11 adalah karena kelenturan islam dan keramahan islam terhadap budaya setempat.

apakah jika saya muslim dan saya tidak berjilbab maka saya tidak bisa dianggap beragama islam?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline