Membangun kesiapan mental sebelum memulai rumah tangga adalah langkah penting yang tidak boleh diabaikan, hal tersebut berpengaruh terhadap kesehatan mental kedua pasangan serta anak-anak mereka di masa depan. Ketidaksiapan mental tidak hanya akan menimbulkan konflik di dalam hubungan, tetapi juga memberikan efek buruk dalam jangka panjang terhadap stabilitas keluarga serta perkembangan psikologis anak.
Pasangan yang belum memiliki kesiapan mental biasanya mengalami kesulitan dalam menjalankan tanggung jawab rumah tangga, seperti pembagian peran, pengelolaan konflik, dan tekanan yang datang dari luar seperti gangguan ekonomi atau tekanan keluarga besar.
Terdapat penelitian yang menunjukkan pasangan dengan kesiapan mental yang baik mempunyai tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi dan risiko perceraian yang cukup rendah. Kestabilan emosi dan mental masing-masing pasangan membuat mereka dapat memahami serta mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan kehidupan dalam berumah tangga.
Tetapi, ketidaksiapan mental mampu menimbulkan masalah seperti kecemasan, depresi, dan bahkan kekerasan emosional dalam rumah tangga. Ketegangan yang timbul dari masalah antar pasangan yang tidak terselesaikan akan menciptakan lingkungan yang tidak sehat terhadap semua anggota keluarga, terutama anak-anak.
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan rumah tangga yang tidak stabil atau penuh masalah lebih mungkin mengalami efek jangka panjang pada kondisi kesehatan mental mereka. Terdapat studi yang menyatakan bahwa anak-anak yang merasakan konflik yang terjadi antara kedua orangtuanya yang berkepanjangan mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan perilaku.
Selain itu, hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dapat mengganggu rasa aman anak, terganggunya perkembangan emosional anak, dan menurunkan kepercayaan diri mereka. Kondisi rumah tangga yang tidak mendukung juga dapat berefek pada kemampuan akademik dan kemampuan sosial anak di masa mendatang.
Ketidaksiapan mental orangtua dalam mulai membangun rumah tangga selain memengaruhi kesehatan mental mereka di awal pernikahan, hal tersebut juga membawa efek berkepanjangan yang dapat merugikan di masa depan. Masalah-masalah yang tidak terselesaikan akan menurunkan kualitas hubungan, memperburuk komunikasi, dan bahkan hingga berujung pada perceraian.
Perceraian akan menimbulkan dampak psikologis yang mendalam pada anak. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa anak-anak dari keluarga yang bercerai memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gangguan emosional, mereka juga akan kesulitan dalam membangun hubungan sehat di masa dewasa mereka, serta mengalami gangguan dalam perkembangan sosial.
Mempersiapkan kesehatan mental sebelum membangun rumah tangga adalah langkah yang harus dilakukan untuk membangun keluarga yang harmonis. Hal ini dapat dilakukan dengan refleksi diri, membangun komunikasi yang baik dengan pasangan, dan mengikuti konseling pranikah.
Kesiapan mental sebelum memulai rumah tangga tidak hanya untuk kebahagiaan pasangan semata, tetapi juga untuk menciptakan kesejahteraan anak-anak mereka di masa mendatang. Orangtua yang sehat secara mental lebih mampu menciptakan lingkungan rumah yang stabil, penuh kasih sayang, dan mengembangkan kondisi emosional anak. Investasi pada kesehatan mental sebelum menikah adalah hal yang wajib dilakukan untuk memastikan keluarga yang harmonis, generasi yang sehat, serta masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H