Alunan musik Sepasang Mata Bola mengalun di tengah keramaian penumpang. Deru suling lokomotif CC206 milik Depo Induk Yogyakarta turut menyambut para penumpang yang tengah menanti di peron Stasiun Yogyakarta. KA Argo Wilis relasi Surabaya Gubeng-Bandung itu pun berhenti untuk menaik-turunkan penumpang. Aku berjalan menuju ujung belakang peron, menuju kereta Panoramic yang dirangkai bersama KA Argo Wilis. Di hari spesial ini, akhirnya aku berkesempatan menikmati perjalanan dengan salah satu kereta wisata andalan PT Kereta Api Indonesia. Kereta Panoramic merupakan hasil modifikasi dari kereta kelas eksekutif dengan ukuran kaca yang lebih besar dan dilengkapi sunroof di bagian langit-langit kereta. Modifikasi tersebut membuat para penumpang dapat melihat pemandangan secara lebih luas. Kereta Panoramic dibagi menjadi tiga kompartemen, yakni ruang bagasi, ruang utama dengan kapasitas 38 tempat duduk, dan toilet eksklusif di sisi belakang rangkaian kereta.
Sekitar pukul 12.05 KA Argo Wilis meninggalkan Stasiun Yogyakarta. Tidak lama berselang, prama dan prami yang bertugas mulai berkeliling membagikan satu botol kecil air mineral, satu kotak air kelapa kemasan, dan snack box berisi popcorn dan donat buatan XXI Cafe kepada para penumpang. Tidak hanya itu, penumpang juga disediakan welcome drink berupa hot chocolate, teh, atau kopi dan meal box untuk makan siang. Sungguh perjalanan yang penuh kenikmatan. Kapan pun ada di dalam kereta, aku akan langsung terhanyut dengan pemandangan di sepanjang jalur yang dilalui. Sapaan ramah bapak kondektur yang sedang bertugas memeriksa penumpang mengalihkan perhatianku. Jam menunjukkan pukul 12.35, lapar juga rasanya. Tentu makan siang tidak boleh terlewat, apalagi makanan sudah ada di depan mata. Hidangan makan siang yang disedakan terdiri dari nasi, sayur dengan potongan buncis dan wortel, ayam goreng, bakwan jagung, potongan mentimun, dan hidangan pelengkap wajib orang Indonesia, sambal. Meskipun sendirian, makan siang kali ini terasa spesial. Pemandangan lautan awan dan hamparan sawah dari kaca yang luas benar-benar menambah suasana. Pemandangan dari dalam kereta Panoramic ini memang terasa berbeda.
Sepanjang perjalanan dari Yogyakarta menuju Bandung, banyak spot menarik yang bisa dinikmati. Beberapa di antaranya adalah Terowongan Ijo, Jembatan Progo, dan Jembatan Sungai Serayu. Jika kamu seorang railfans, pemandangan kereta berbelok di Kelok Mertan View adalah salah satu yang tidak boleh dilewatkan. Di tengah perjalanan, rintik hujan mulai membasahi bagian luar jendela kereta, membawa suasana sendu. Namun, hujan tidak berlangsung lama.
Sekitar pukul 14.47 KA Argo Wilis memasuki Stasiun Banjar. Tampak bangunan bersejarah bercat putih dan abu-abu yang maenjadi ciri khas. Stasiun Banjar ini juga menjadi tempat pergantian masinis. KA Argo Wilis kemudian melintasi Jembatan Cirahong yang merupakan satu-satunya jembatan peninggalan Belanda yang berada di Kabupaten Ciamis. Jembatan ini terbentang di atas Sungai Citanduy yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Jembatan ini memfasilitasi lalu lintas ganda. Bagian atas jembatan berfungsi untuk lalu lintas kereta api, sementara bagian bawah jembatan befungsi untuk lalu lintas kendaraan roda dua.
KA Argo Wilis lalu tiba di Stasiun Cipeundeuy. Di stasiun ini semua kereta dari dan ke arah Bandung akan berhenti selama kurang lebih 10 menit untuk dilakukan pengecekan sarana karena akan dan telah melalui jalur kereta yang menanjak dan ekstrem. Uniknya, momen berhenti ini sering dijadikan kesempatan bagi penumpang membeli jajanan yang ada di sekitar stasiun. Sebagai penikmat perjalanan menggunakan kereta api, lintas Bandung-Banjar menjadi jalur favoritku karena pemandangannya yang luar biasa. Kita bisa menikmati pemandangan pegunungan, persawahan, bukit berbatu, jembatan-jembatan bersejarah, dan jangan lewatkan tikungan besar Kadungora. Kita juga akan melewati stasiun tertinggi di Pulau Jawa, Stasiun Nagreg, yang memiliki ketinggian 848 meter di atas permukaan laut.