Lihat ke Halaman Asli

Nadya Ananda

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Rendahnya Minat Belajar Peserta Didik Memengaruhi Proses Pembelajaran Daring saat Pandemi

Diperbarui: 25 Desember 2021   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nadya Ananda Najla

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS 2019

Keadaan pendidikan di Indonesia sejak awal kemunculan wabah virus SARS-CoV-2 hingga detik ini masih menghadapi berbagai tantangan sebagai buntut dari virus itu sendiri. Hal ini menyebabkan pemerintah yang berwenang harus bekerja sama dengan lebih keras demi menekan laju penyebaran rantai virus Covid-19. Kesungguhan pemerintah terbukti dengan dikeluarkannya macam-macam kebijakan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat tertib mematuhi dan menerapkan jaga jarak dengan orang lain di sekitar mereka.

Imbas dari diterapkannya kebijakan jaga jarak atau social distancing salah satunya dapat dilihat pada sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menimang dari Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berseru agar semua lembaga pendidikan tidak melaksanakan proses pembelajaran secara direct di ruang kelas atau tatap muka, namun wajib diadakan secara tidak langsung atau jarak jauh memanfaatkan teknologi. 

Sejalan dengan pemberlakuan kebijakan tersebut, maka otomatis seluruh aktivitas masyarakat yang sebelumnya dilakukan di luar rumah dengan berkumpul langsung dengan banyak orang, kini patut dijeda sebentar lalu diubah dengan beraktivitas di rumah masing-masing. Lembaga pendidikan dari tingkat pusat sampai daerah pun mengubah metode pembelajaran mereka ke dalam bentuk daring atau online.

Kebijakan social distancing sekaligus physical distancing dianggap dapat mereduksi penyebaran COVID-19. Seiring dengan kebijakan itu, pemerintah mendorong semua elemen pendidikan agar dapat mengaktifkan kelas secara daring meskipun secara fisik sekolah telah tutup sementara. Penutupan sekolah kemudian menjadi salah satu langkah mitigasi yang dianggap paling efektif untuk mereduksi penyebaran virus pada anak-anak. Solusi yang diberikan yakni dengan memberlakukan proses pembelajaran di dalam rumah dengan memanfaatkan berbagai macam fasilitas pendukung yang mendukung proses tersebut (Herliandry, Nurhasanah, Suban, & Kuswanto, 2020).

Fakta yang terjadi di lapangan bahwa semua aktivitas dikerjakan dari rumah ini tidak hanya berlangsung di Indonesia, melainkan juga di berbagai belahan dunia. Banyak yang berpendapat situasi dan kondisi seperti ini mungkin saja suatu saat bisa menyebabkan chaos atau masalah baru, namun banyak pihak tetap optimis mengerjakan kegiatan apa saja seperti belajar di rumah. Terlebih lagi dewasa ini sudah banyak teknologi informasi dan komunikasi yang dapat menunjang kebutuhan manusia, kapan pun dan di mana pun tanpa mengenal waktu dan lokasi geografis. Jadi tak lagi ada alasan untuk menolak kebijakan pemerintah tentang jaga jarak yang sebelumnya dianggap menghambat aktivitas masyarakat.

Dari sini kita tahu bahwa interaksi yang terjalin antara tenaga pendidik seperti guru dan dosen dengan peserta didik berjalan secara maya. Kedua pihak tersebut berinteraksi dengan memanfaatkan teknologi terkini, sebagai contoh komputer, laptop, maupun telepon genggam yang di dalamnya tersedia beragam platform yang mendukung pembelajaran daring para peserta didik di berbagai tingkatan, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Hal ini diketahui memang sangat membantu pelaksanaan prosesnya. Namun tak dapat dipungkiri tetap saja terdapat banyak kekurangan atau kendala di dalamnya. Beberapa kendala dalam penerapan pembelajaran jarak jauh daring di antaranya yaitu tidak terbiasa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang terbarukan, kuota internet yang menghabiskan tidak sedikit dana, serta sinyal yang kurang mendukung terutama di daerah pelosok.

Adanya kesulitan lantas tak membuat pemerintah lepas tangan begitu saja. Terbukti dengan diberikannya layanan kuota gratis dari Kemendikbud yang dikirim hampir setiap bulan secara cuma-cuma ke nomor gawai para pelajar, baik dari kalangan siswa sampai mahasiswa, pada akhirnya dapat memudahkan mereka mengakses aplikasi atau platform pembelajaran jarak jauh daring menggunakan internet.

Walaupun sudah diberikan beberapa kemudahan tetap saja guru dan dosen tidak bisa mengawasi peserta didik secara langsung karena terpisah oleh jarak. Hal ini adalah salah satu faktor mengapa para peserta didik menjadi tidak termotivasi dan kurang berminat dengan materi yang diajar, sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di aplikasi telekonferensi video seperti Zoom dan Google Meet, banyak dari mereka yang pasif dan mematikan kamera agar tidak diperhatikan oleh teman-teman serta guru atau dosen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline