Lihat ke Halaman Asli

Nadya Ananda

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Urgensi Kesehatan Mental Emosional Remaja Saat Pandemi Covid-19

Diperbarui: 8 Desember 2021   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Nadya Ananda Najla

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Kesehatan mental merupakan bagian penting dalam menciptakan kondisi kesehatan yang menyeluruh. Akan tetapi pada kenyataannya, di sebagian besar negara berkembang problematika kesehatan mental belum juga diutamakan jika dibandingkan dengan penyakit menular. 

Pemahaman akan kesehatan mental di Indonesia sendiri masih terbilang cukup rendah. Masyarakat cenderung memberi pandangan negatif terhadap seseorang dengan gangguan mental, misalnya dengan menghujat dan menilainya sebagai aib, bahkan anggapan bahwa orang tersebut gila. 

Selain itu masyarakat juga masih banyak yang kurang paham tentang tanda-tanda gangguan mental seperti depresi, dimana depresi adalah gangguan kesehatan mental yang paling sering ditemukan, tak terkecuali pada remaja. 

Hal ini menyebabkan seseorang dengan kesehatan mental yang terganggu cenderung sulit terbuka untuk mengikuti terapi atau pengobatan dan malah merasa lebih tertekan dengan pandangan yang beredar dikalangan masyarakat.

WHO mendefinisikan tentang kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan berbuah, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya ("WHO | Mental health: a state of well-being" t.t.).

Kesehatan mental menurut seorang ahli kesehatan Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Dewi dalam Zulkarnain dan Fatimah, 2019).

Pada masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, semua kalangan mengalami transformasi hidup hampir secara keseluruhan, tak terkecuali para remaja. 

Banyak dari mereka merasa kurang puas menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, seperti beradaptasi dengan kebiasaan baru. Hal ini dikarenakan pemberlakuan beberapa kebijakan oleh pemerintah sebagai usaha memutus mata rantai penyebaran virus SARS-CoV-2. 

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan di antaranya yaitu, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Buntut dari kebijakan tersebut adalah semua kalangan masyarakat melakukan segala sesuatunya dari rumah, termasuk para pelajar dan mahasiswa yang melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan gawai di rumah masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline