Lihat ke Halaman Asli

Nadya Nadine

Cepernis yang suka psikologi

Puisi | Di Pelupuk Sunyi

Diperbarui: 3 Januari 2020   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi:

tertawan lelah
seteguk, hampir saja menyerah

berkalung mutiara duri
lidah hari menjilat penuh murka
membakar peluh tak berkesudahan

sejenak berhenti di ujung rintih
pada persimpangan waktu

biarkan benak menari dalam lumpuh
kitari segala fantasi

mencumbu seribu angan
bernaung di bentangan kesunyian

terlanjur langkah, berlanjut
tersulut asa
tendang kata menyerah
apalagi kalah,...

kelak,
jika kembali berhenti
hanya sejenak istirahatkan letih
memompa semangat lewat do'a-do'a lirih

kembali ;

... di pelupuk sunyi...

(Denpasar-Bali, Rabo 31 Desember 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline