Lihat ke Halaman Asli

Nadya Nadine

Cepernis yang suka psikologi

Puisi | Tawanan Sunyi

Diperbarui: 27 Desember 2019   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: 'Cold light, in a cold dark room' oleh Peter Kauflin; Flickr.com)

berdiri menatap hiruk-pikuk
tertawan bahasa diam, terendam
kembali ke masa silam
terkubur babak-belur

tak kutemukan kepingan kenangan
terseret badai prahara, nganga kubangan
terhempas amukan ombak sukma
aku masih di sini berpesta sandiwara

saat fortuna menghampiri api
segera pergi memasung hati

kepingan masa-lalu mengabur bilur
berdiri menatap hiruk pikuk
tertawan bahasa diam, memeram

bisu menggigil demam

(Denpasar-Bali, Kamis 27 November 2008, 1001 Puisi Nadya Nadine).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline