Lihat ke Halaman Asli

Nadya Nadine

Cepernis yang suka psikologi

Cerpen | Sebuah Musim yang Hilang

Diperbarui: 2 Desember 2019   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vincent van Gogh, The Starry Night (1889) on mutualart.com

Tentang aku, engkau, dia, dan ia.

Aku, ataukah engkau dalam percakapan sepi ini? Sendiri berputar-putar dalam perenungan. Di mana pertanyaan dan pernyataan tak penting dibedakan. Begitupun tak mendamba jawaban. Sebab, sebutir jiwa sangatlah besar terasa, apabila terendam melubangi sunyi. Sendiri. Sebutir jiwa mampu menampung tumpahan dari segala isi dunia. Namun sebutir jiwa juga bisa menjadi begitu sempitnya hingga hanya gelap yang ada, pekat, atas kemurahman yang bertahta.

'Dunia ini akan tinggal setitik saja, manakala engkau terlelap.

Di manakah letak sesuatu yang jauh ataukah dekat? Ia yang tak terjangkau apapun. Darimanakah sebuah keyakinan mengenai nilai hidup atas cinta dan ketuhanan?

Aku terus memikirkanmu. Mengingat dan melihat diriku dalam kisahmu. Berusaha menebak teka-teki kehidupan namun tak juga berhasil menemukan jawaban. Membuatku jengah pada sebuah nama. Tuhan.

Engkau merindukannya. Sebagaimana aku merindukanmu. Dia membingungkanmu. Sebagaimana engkau membingungkanku. Sementara ia tak henti penuh curiga terhadap dia dan dirimu. Seperti aku yang timbul-tenggelam dalam kerinduan yang penuh tanpa jarak tempuh dan daya laju, padamu.

Sesuatu hilang membuatmu asing terlantar. Sebuah kehilangan nan amat besar. Kejatuhan nan sangat dalam. Sesuatu membuatmu larut berkesedihan tanpa sanggup kau jabarkan.

Angin yang menggugurkan dedaunan pada musim panas. Ranggas yang membawa rasamu retas. Angin yang menderu merayu badai pada musim dingin. Membenamkan asamu dalam bekunya segala ingin. Sebuah perhentian yang bias dari sebuah ketibaan yang tak tuntas. Sunyi itu telah terlepas. Sejalan kisah dalam kasih yang terkelupas. Perihnya tajam merias.

Sebuah musim dalam jiwa akan hilang. Setelah musim sebelumnya yang berlalu memaksa harapan tumbang. Tanpa sanggup kau lepaskan aromanya yang tertinggal. Sebuah kisah akan merayapimu dengan gundah bertumpukan ngilunya gelisah. Yang akan mencekam tidurmu dalam mimpi yang gelap. Tanpa nafas, sehingga hidup tak lagi memberimu pesan. Selain kesan-kesan kemuraman. 

Goresan-goresan kuas, cat yang mewarna kesuraman. Seperti kebenaran yang memudar. Luntur. Dalam impian tidur terpulas. Hanya sisa musim yang menggugurkan ingatan tanpa batas. Lukisan yang melampaui kanvas. Menggelarkan senandung daun-daun tua yang berjatuhan ke tanah. Cerita yang usai dari segala harapan. Dari pantauan mata dan ringkasan rasa.

Bahwa yang hilang itu sesungguhnya jiwamu yang kembali pada lingkaran waktu...                                         

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline