Seperti yang kita ketahui, Indonesia mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus corona penyebab Covid-19 pada awal Maret 2020.Sejak itu, berbagai upaya penanggulangan dilakukan pemerintah untuk meredam dampak dari pandemi Covid-19 di berbagai sektor. Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan. Sektor ekonomi juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona.
Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus ini menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen.
Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu.
Sehingga banyak investor global yang mengalihkan penempatan dananya dari pasar keuangan ke aset yang dianggap lebih aman yaitu emas maupun Dolar Amerika Serikat (AS).
Hal ini tentu berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat Di tengah pandemi Covid-19 tentu keadaan rupiah menjadi faktor yang menentukan keterpurukan atau tidaknya keadaan ekonomi negara.
Maka dari itu Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjuyo melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilakukan dengan video conference menyampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai rupiah di masa pandemic Covid-19 seperti sekarang ini. Langkah yang dilakukan BI demi kestabilan nilai rupiah adalah:
1. Gunakan Cadangan Devisa hingga USD7 Miliar
Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa pada Maret 2020 mencapai US$121 miliar di mana ada penurunan sebesar US$9,4 miliar.
2. BI Dapat Dolar AS dari The Fed hingga USD60 Miliar
Bank Indonesia (BI) membuat kesepakatan terbaru dengan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yaitu Federal Reserve (the Fed). BI bisa memperoleh Repurchase Agreement Line (REPO Line) dari the Fed dengan jumlah US$60 miliar.