Sumber: id.pinterest.com
Cerita malam selalu menarik diperbincangkan. Hawa dingin yang kental, suara binatang malam seperti jangkrik yang berderik, serigala yang melolong, dan burung hantu yang ber uhu-uhu. Menambah kesan kekuatan magis yang tersimpan di hitamnya langit. Rata-rata cerita itu tentang hal gaib yang menjadi hal tabu bagi sebagian orang.
Aku sedang menjaga rumah lama bosku yang sudah tak ditempati. Seharusnya rumah ini ditinggalkan saja. Bagaimana tidak walaupun rumah ini sangat mewah sekalipun. Setiap hari aku selalu merasakan banyak kejanggalan dan penampakan yang aneh-aneh. Mulai dari manusia tanpa kepala, perempuan berpakaian jubah putih wajah rata hal yang paling aneh lagi sebelum mereka menampakkan diri selalu terdapat tulisan entah itu dikertas, tembok, dan lain sebagainya disekitar tempatku dengan tulisan 666. Aku tidak mengerti apa kaitanku dengan kejadian ini, angka 666. Bukankah itu angka iblis? Tapi kenapa harus aku yang kena. Ada suatu hal yang disembunyikan bosku. Anehnya aku tak boleh masuk ke dalam.
Jam 12 malam yang benar-benar mencekam. Tiba-tiba saja terdengar suara orang yang menangis didalam rumah padahal rumah itu kosong melompong. Siapa yang sedang menangis? Akhirnya ku putuskan memasuki rumah itu perlahan-lahan karena tujuanku hanya mengintip asal suara itu. Sebelum memasuki rumah itu saja buluk kudukku sudah merinding.
Tertulis suatu angka dengan warna merah seperti darah. Ternyata memang itu adalah darah. Sontak aku menjerit keras. Aku menangis sejadi-jadinya ingin kembali pulang menemui keluargaku dirumah. Berlari secepat mungkin menuju pintu utama dirumah itu, tapi pintu rumah yang awalnya ku lalui terkunci rapat. Seperti ada yang menahannya dari luar. Keadaan semakin mencekam. Lampu - lampu dirumah lama bosku itu mati nyala terus menerus. Padahal aku tahu pasti lampu itu sudah rusak.
Terbesit olehku untuk menelepon rekan kerjaku, tetapi ternyata tak ada sinyal. Matilah aku. Di tengah-tengah kebingunganku muncul sosok pocong. Mulutnya dipenuhi gigi yang tajam, matanya merah melotot ke arahku, dibungkus oleh kain kafan yang telah dipenuhi darah dan berbau amis. Ia tersenyum mengerikan ke arahku. Tidak aku tak ingin mati disini. Bagaimana dengan anak istriku? Berkali-kali aku berdoa kepada Tuhan untuk melindungiku.
Seperti orang linglung saja aku. Sosok pocong itu terus mendekat ke arahku tanpa melompat melainkan melayang - layang diudara. Ia tertawa mengerikan. Aku segera menutup mata dan memanjatkan doa - doa untuk melindungi diri, tapi ternyata ketika aku menutup mata sosok pocong itu justru makin terlihat.
Logikanya jika seseorang menutup matanya maka ia tak dapat melihat apa yang ada di depannya. Berbeda denganku justru sosok pocong itu seperti melekat dekat dengan jarak pandangku. Sungguh aku berharap ditelan bumi saja.
Mulut sosok pocong itu menganga lebar. Ia sekarang sedang menghisap darah di tanganku. Rasanya sakit sekali. Baru kali ini aku mengetahui sosok pocong yang menghisap darah. Sebentar lagi aku akan mati. Maafkan Ayahmu ini Nak.
Ketika aku sudah pasrah datanglah bantuan. Pintu rumah telah terbuka lebar. Muncullah seorang pris memakai baju panjang dengan sorban yang meliliti tangan kanannya. Ia membacakan ayat-ayat Al Quran dengan tasbih yang meliliti tangannya. Pocong itu meraung keras kepanasan. Aku tidak kuat melihat pemandangan itu. Majikanku menyuruhku untuk mengikutinya keluar.
Setelah aku sampai dirumah majikanku tadi, beliau memberiku minuman. Disinilah aku mengetahui fakta yang mencengangkan. Dulu rumah itu adalah rumah sakit umum yang tak terurus akibatnya lambat laun banyak sekali orang yang meninggal dirumah sakit itu dengan berbagai kondisi. Petugas perawat, dokter, dan lainnya semakin lama semakin berkurang karena hal mistis. Konon setiap hari dirumah sakit itu selalu ada yang meninggal misterius dan tak akan dapat keluar dengan selamat dari rumah sakit tersebut.