Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang berlimpah, potensi energi terbarukan (EBT) yang dimilikinya juga cukup besar. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia saat ini sedang menyusun rencana untuk merealisasikan Net Zero Emission (NZE) dan berjanji untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030 dan menargetkan karbon netral pada tahun 2060 mendatang (menurut pln.co.id), guna mewujudkan kedaulatan energi serta menghadapi berbagai tantangan dan ancaman perubahan iklim di masa depan.
Net Zero Emission (NZE) sendiri merupakan situasi di mana emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi emisi yang dapat diserap oleh bumi, istilah "nol emisi karbon" digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana emisi karbon tidak dilepaskan sama sekali.
Untuk mencapai keseimbangan antara aktivitas manusia dan keseimbangan alam, diperlukan pergeseran dari sistem energi yang saat ini digunakan ke sistem energi bersih. Menggabungkan pengurangan emisi dan penghapusan emisi dapat mencapai NZE. Hal itu mencakup berbagai langkah dan pendekatan yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan secara bersih mengimbangi emisi untuk saat ini.
Untuk memenuhi program Net Zero Emission, pemerintah tentunya tidak bisa melakukannya sendiri. Ada unsur pendukung lainnya seperti masyarakat, khususnya di kalangan perempuan. Partisipasi perempuan dalam upaya ini sangat penting dan dapat dicapai melalui berbagai cara. Berikut ini merupakan beberapa peran yang dapat dimainkan oleh perempuan:
Pertama, di sektor Pendidikan. Perempuan dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya energi bersih dan dampak perubahan iklim melalui pendidikan dan kampanye kesadaran. Mereka memiliki kemampuan untuk menjadi agen perubahan dalam komunitas mereka dengan memberi tahu orang lain tentang praktik berkelanjutan dan energi terbarukan.
Kedua, pada sektor Inovasi dan Teknologi. Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, perempuan dapat berpartisipasi dalam penelitian dan pengembangan energi terbarukan, efisiensi energi, dan solusi berkelanjutan lainnya.
Ketiga, di bidang Ekonomi. Perempuan harus diberdayakan secara ekonomi untuk berpartisipasi dalam sektor energi bersih. Hal ini akan memberi mereka kemampuan untuk memulai dan mengembangkan bisnis berkelanjutan dengan memberikan dukungan dalam bentuk akses ke pasar dan pelatihan.
Keempat, pada bidang Kewirausahaan Hijau. Perempuan dapat menjadi pengusaha hijau dengan membangun bisnis yang berfokus pada energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan praktik berkelanjutan lainnya. Mereka dapat mengurangi emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan. Selain itu, juga dapat membantu pertumbuhan ekonomi.
Kelima ada Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan. Perempuan harus terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan tentang kebijakan energi dan lingkungan karena mereka memiliki kemampuan untuk memiliki suara yang didengar dalam forum pengambilan keputusan dan memengaruhi kebijakan yang mendukung energi bersih dan berkelanjutan.
Keenam, Pengaruh dalam Keluarga dan Masyarakat. Di dalam keluarga dan kalangan masyarakat, perempuan memiliki peran yang signifikan. Mereka memiliki potensi untuk mendorong praktik rumah tangga yang berkelanjutan, seperti penggunaan energi terbarukan, penghematan energi, dan pengelolaan limbah yang efektif. Mereka juga dapat memengaruhi masyarakat umum untuk mengadopsi praktik berkelanjutan.
Dengan peran aktif perempuan dalam berbagai sektor tersebut, mereka dapat menjadi agen perubahan yang sangat berkontribusi secara signifikan dalam merealisasikan Net Zero Emission, serta menciptakan masa depan yang berkelanjutan.