Lihat ke Halaman Asli

Nadya arfiana

Mahasiswa

Tantangan dan Keluhan Pedagang Bawang Merah di Pasar Induk: Mengatasi Persaingan, Kualitas Produk, dan Keamanan

Diperbarui: 7 Mei 2024   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2 pekerja sedang mengecek kualitas bawang dan mengupasnya di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta, Sabtu (4/5/2024).  FOTO/Nadya Arfiana

Jakarta - Pasar Induk Kramat Jati dibangun di era Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, pasar ini salah satu pasar terbesar di DKI Jakarta. Dengan jumlah pedagang mencapai ribuan, pasar ini menyediakan berbagai macam pilihan sayur, buah, dan rempah-rempah. Khususnya bawang merah penjualan bawang di pasar induk kramat jati telah menjangkau banyak pelanggan dari berbagai wilayah.

"keluarga saya sudah menjalani usaha dagang bawang di pasar induk ini sudah 13 tahun dari tahun 2011 lah keluarga saya mulai usaha ini disini," ujar Jessica anak dari juragan bawang dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Dia menyampaikan bagaimana proses waktu awal mula dagang usaha bawang merah dari melakukan riset ke pasar untuk mencari pasokan bawang merah, mencari lapak (tempat) untuk memulai bisnisnya. Setelah mendapatkan lapaknya (tempat), dengan menimbang sedikit modal yang belum tinggi. Hingga kemudiaan, usaha mulai berkembang dan bisa mencapai target penjualan pasar.

Selain itu, rintangan yang dihadapi saat memulai usaha sangat banyak dari harga bawang, persaingan antar pedagang bawang yang sangat ketat. Belum lagi gangguan cuaca seperti banjir atau kekeringan harga bawang bisa sangat turun dikarenakan kualitias bawang yang menurun.

Pelanggan yang sedang menawar harga bawang dengan jumlah 1 karungnya 75kilo  & pembeli membeli 3 karung/dokpri 

"Kalau harga bawang lagi mahal ya atau naik biasanya pembeli suka nawar jauh dibawah harga modal udah gitu kalo cuaca lagi hujan badai, pasar jadi sepi pembeli," Jelasnya.

Dia juga menyebutkan bahwa kalau persaingan di pasar sangat berat, banyak tempat usaha dan pedagang  kecil-kecilan yang menjual bawang di daerah bawah. Jadi pelanggan banyak yang membeli di tempat tersebut karena tempatnya berada di atas, dibandingkan langsung beli diatas karena jarak yang lebih dekat dengan parkiran dan akses keluar masuk.

Lebih lanjut, keamanan, di pasar induk sangat minim orang yang dapat dipercaya. Entah antar pembeli ataupun sesama pedagang, CCTV dipasar induk juga tidak disediakan, jadi diharuskan pasang CCTV sendiri. Agar terhindar kejadian yang tidak diinginkan dan meminimalisir kejahatan atau kecurangan. Oleh sebab itu, mereka sangat hati-hati dalam berjualan supaya tidak menimbulkan masalah.

Ibu Jessica (Juragan Bawang) alias owner dari usaha dagang bawang ini

Mengenai situasi target penjualan kedepannya, mereka selalu memperbarui dan kelola stok bawang merah dengan baik. Jadi untuk menghindari kerugian, mereka memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan, supaya terhindar dari pemborosan dan kerugian akibat stok yang tidak terjual. Selain berjualan bawang merah, mereka juga menjual bawang putih dan bawang bombay. Tujuannya menjual produk lain karena ingin memberikan pilihan yang lebih luas kepada pelanggan dan meningkatkan pendapatan usaha dagang.

"Kalo ada pembeli yang menawar dibawah harga modal, paling biasanya kami menjelaskan alasan harga bawang tinggi terkadang kami juga suka memberikan opsi bawang lain yang harga nya sesuai anggaran pembeli, biarpun banyak dari yang masih bersikeras untuk nawar tapi kami tetap mengusahakan kasih harga terbaik agar pelanggan tetap beli dan kami juga tidak rugi pastinya," Tutupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline