Lihat ke Halaman Asli

Nadya Natalie Smith

Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang

Gabungkan Dua Proyek Jadi Satu, Mahasiswa KKN UNDIP Introduksikan Sistem Akuaponik Hemat Energi

Diperbarui: 30 Januari 2024   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi pribadi (30/01/24).

Akuaponik otomatis yang menggabungkan antara kolam lele dan hidroponik vertikultur kini dapat ditemui di depan gerdu lampah milik Bank Sampah Mawar Merah, Kelurahan Tugurejo, Semarang. Hari Selasa (30/01/24) tepatnya pada pukul 08.30 WIB, salah satu mahasiswa KKN Tematik Pendampingan Kampung Iklim yakni Nadya Natalie (22), ditemui tengah melakukan pengecekan kondisi sistem akuaponik yang ia bantu rakit. Setelah beberapa kali bolak-balik ke lokasi untuk perbaikan sistem, kelegaan akhirnya dapat diutarakan oleh mahasiswa tersebut. “Puji Tuhan sudah tidak  ada (pipa) yang bocor. Barusan keran otomatis berhasil mengisi dari kolam setelah bak tampung surut. Kangkung juga tumbuh baik untuk saat ini,” ujarnya pagi tadi.

Ide untuk pembuatan akuaponik didasari dari kekhawatiran mahasiswa KKN atas pengeluaran pengurus bank sampah untuk modal pemberian pakan ikan lele berupa sayur kangkung. Pasalnya di gerdu lampah sendiri terdapat tiga kolam yang berisi bibit lele yang tidak sedikit dan sudah tiga bulan tidak kunjung besar karena kurang pakan. “Instruksi yang ada makannya (lele) 3 hari sekali tapi sampai sekarang masih kecil – kecil,” sahut salah satu pengurus bank sampah. Maklum saja, pengurus bank sampah terbatas dan tidak selalu berada di gerdu lampah. Selain itu, pastinya dibutuhkan kuantitas pakan yang tidak kecil demi memenuhi kebutuhan populasi lele, sehingga ide utamanya adalah untuk mengadakan budidaya kangkung yang tidak merepotkan ibu – ibu pengurus.

Akuakultur kolam lele tersebut dahulunya merupakan bagian proyek dari program kerja universitas lain sebelum mahasiswa KKN-T UNDIP ditugaskan ke Tugurejo. Bersamaan dengan itu, bank sampah juga ditinggali satu set hidroponik akuakultur yang saat itu masih terbengkalai. “Permasalahan lainnya itu adalah keprihatinan mengenai biaya listrik, karena memang biasanya pompa hidroponik itu dijalankan 24 jam. Jadinya kemarin bantu pasang timer analog,” jelas Nadya. Akhirnya, hidroponik dipindahkan dekat kolam oleh mahasiswa KKN dan kolam lele dilubangi untuk pemasangan pipa dan keran otomatis ke sistem hidroponik.

Adanya program kerja keilmuan bidang pertanian oleh mahasiswa KKN tentu saja akan mengurangi beban pengurus bank sampah. Keberadaan akuaponik sederhana ditujukan untuk penambahan nilai dalam pelaksanaan program kampung iklim, penghematan listrik, air, dan biaya pakan, serta budidaya bebas bahan kimia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline