Lihat ke Halaman Asli

Nadya Agus Salim

Seorang Penulis yang juga berprofesi sebagai pendidik

Jas Putih untuk Emak

Diperbarui: 6 September 2021   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesiaalibaba.com

Titik embun masih jelas terlihat di dedaunan. Emak telah tersadar dari lelap mimpinya. Aku menggeliat malas. Mengucek mata. Ternyata hari masih gelap. Emak telah sibuk di dapur, walau hanya memasak nasi serta menggoreng ikan asin. Setelah semua siap, emak akan segera pergi ke rumah majikan. Emak seorang Asisten Rumah Tangga. Ia bekerja sedari terbitnya fajar hingga menjelang senja. Semua demi aku. Anak semata wayangnya.

Ayah telah pergi, sejak setahun usiaku. Merantau ke negeri seberang. Hingga kini tak ada kabar berita. Emak tak menikah, ia masih setia menunggu ayah pulang. Lama...hingga semakin bertambah usiaku. Alhamdulillah kami masih ada tempat berteduh. Peninggalan orang tua emak. Walau sederhana, tapi masih dapat melindungi kami dari teriknya panas dan dinginnya hujan.

Ketika, majikan emak berbaik hati. Emak akan membawa lauk pulang ke rumah. Dapatlah kami merasakan makan enak. Sepotong ayam goreng menjadi santapan yang istimewa bagiku. Upah emak sebagai ART memang tidaklah besar. Alhamdulillah masih dapat membiayai sekolahku.

Tak terasa waktu berlalu kian cepat, aku telah menamatkan pendidikan SMU. Jerih payah emak sebagai ART berbuah sudah. Walau dengan kehidupan yang sangat sederhana yang kami jalani. Emak bekerja keras, aku belajar giat. Bahagia yang tergambar di wajah tirus emak. Walau demikian emak terlihat cantik di mataku.

"Mak!, aku ingin bekerja, agar emak tak perlu bersusah payah menjadi ART. Sudah waktunya emak beristirahat," pintaku pada emak.

"Jangan anakku!, emak ingin engkau tetap melanjutkan hingga ke perguruan tinggi," ujar emak.

"Emak yakin engkau mampu, jangan lupa ada Allah bersama kita," ucap emak meyakinkanku.

Kita jual rumah peninggalan, kakek. Kemudian kita cari rumah yang lebih kecil di pinggiran kota. Uang sisa penjualan rumah, akan emak gunakan untuk biaya kuliahmu dan membuka usaha. Aku setuju usul emak. Alhamdulillah ada yang membeli rumah peninggalan kakek. Kami pun segera mencari rumah di pinggiran kota. Sisa uang digunakan untuk uang pangkal masuk perguruan tinggi dan modal usaha emak membuka warung makan.

Alhamdulillah aku diterima di fakultas kedokteran, di perguruan tinggi negeri di kota. Emak juga telah mulai membuka warung makannya. Menu sederhana yang emak olah menjadi makanan yang enak. Rasa bintang lima, harga kaki lima. Itu motto emak. Pelanggan emak semakin hari semakin ramai. Masakan emak memang enak. Aku juga membantu emak dengan berjualan online.

Dengan belajar giat, aku berhasil mendapatkan beasiswa. Usaha emak juga semakin sukses. Warung makan emak kini semakin berkembang, beberapa karyawan turut membantu emak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline