Chichen Itza bagi beberapa adalah kesaksian dari peradaban maju. Namun bagi sebagian lainnya, hal ini melambangkan kebrutalan dalam hal pengorbanan manusia. Di sini kami menganalisisnya
Chichn Itz, salah satu keajaiban paling misterius di Meksiko, berdiri sebagai bukti megah peradaban Maya kuno. Mengbungkus sejarahnya dalam selubung misteri dan intrik, kota pra-Columbus ini telah memikat imajinasi para sejarawan, arkeolog, dan pelancong selama berabad-abad. Apakah Chichen Itza merupakan simbol peradaban maju atau pengingat suram akan praktik brutal? Pertanyaan ini telah memicu perdebatan dan teori yang tak terhitung jumlahnya, yang masing-masing menambah lapisan lain dalam sejarahnya yang penuh teka-teki.
Saat memasuki Chichn Itz, seseorang langsung dibawa ke dunia di mana arsitektur dan astronomi menyatu dalam harmoni yang hampir mistis. Kuil Kukulkan, juga dikenal sebagai El Castillo, adalah piramida berundak yang mengungkap kecanggihan dan pengetahuan astronomi suku Maya.
Selama ekuinoks, bayangan matahari menciptakan ilusi seekor ular menuruni tangga, sebuah fenomena yang membuat pemirsa terkagum-kagum akan ketepatan matematis dan astronomi tersebut. Fakta ini saja menimbulkan pertanyaan: Bagaimana sebuah peradaban yang berkembang jauh sebelum era modern mencapai prestasi arsitektur dan astronomi tanpa teknologi yang kita anggap remeh saat ini?
Namun, ada sisi lain dari Chichn Itz, yang memunculkan gambaran ritual dan pengorbanan. Cenote Suci, sebuah sumur alami yang terletak di dalam kompleks, telah menjadi saksi persembahan manusia dan benda-benda berharga yang dilemparkan ke kedalamannya dalam ritual sakral. Sisa-sisa manusia yang ditemukan di cenote menunjukkan bahwa pengorbanan manusia berperan dalam praktik agama dan budaya suku Maya. Praktek ini, jika dilihat dari sudut pandang modern, dapat diartikan brutal dan biadab. Namun apakah adil jika menilai tradisi peradaban kuno dari sudut pandang masa kini?
Selain itu, Chichn Itz adalah tempat meleburnya pengaruh budaya. Interaksi antara suku Maya dan budaya Mesoamerika lainnya, seperti Toltec, tercermin dalam keragaman gaya arsitektur dan simbolisme yang ditemukan di situs tersebut. Perpaduan budaya ini meningkatkan kemungkinan bahwa Chichn Itz tidak hanya merupakan pusat kekuasaan Maya, tetapi juga merupakan titik pertemuan berbagai bangsa dan pemikiran. Keberagaman seperti itu bisa menunjukkan masyarakat yang lebih terbuka dan progresif, berbeda dengan gambaran masyarakat terisolasi yang asyik dengan ritual berdarah.
Dualitas Chichn Itz, antara kemajuan dan kebrutalan, menimbulkan dilema. Apakah kota ini merupakan mercusuar kemajuan dan pengetahuan di dunia pra-Columbus, atau apakah kota ini didominasi oleh praktik-praktik gelap dan menakutkan? Mungkin jawabannya terletak pada penerimaan bahwa peradaban apa pun, betapapun majunya, diwarnai oleh aspek-aspek yang tercerahkan dan gelap.
Oleh karena itu, Chichn Itz tetap menjadi cerminan kemanusiaan kita: kompleks, beragam, dan mempesona selamanya. Hal ini mengingatkan kita bahwa sejarah sering kali merupakan jalinan cahaya dan bayangan, dan pemahaman yang benar muncul dari penerimaan dualitas ini. Dulunya merupakan jantung dari budaya yang dinamis, situs ini tetap menjadi bukti kuat, tidak hanya bagi suku Maya, tetapi juga bagi sejarah manusia secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H