Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Cinta di Ujung Bayangan Penantian

Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Pria dan Wanita, sumber: Pixabay)

Di bawah langit tanpa bintang Kanaya sudah mendengar tentang jembatan tua itu sejak dia masih kecil. Itu adalah tempat yang tidak berani dikunjungi siapa pun setelah matahari terbenam. Legenda mengatakan bahwa setiap malam tanpa bintang, sesosok tubuh yang mengenakan bayangan berjalan di jembatan, menunggu seseorang yang tidak akan pernah tiba. Meskipun seluruh penduduk kota menghindari tempat itu, Kanaya selalu merasakan ketertarikan yang aneh terhadap tempat itu, seolah-olah ada sesuatu di tempat itu yang berhubungan dengan kehidupannya sendiri.

Sudah setahun sejak Hans, cinta dalam hidupnya, menghilang. Mereka bertemu di kota ketika mereka masih remaja, dan sejak saat itu, kehidupan mereka saling terkait. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam bersama di bawah langit, saling menjanjikan cinta abadi, selalu memimpikan masa depan di mana mereka tidak akan pernah terpisah. Namun suatu hari, Hans pergi. Dia berangkat lebih awal untuk perjalanan kerja dan tidak pernah kembali. Tidak ada panggilan, tidak ada jejak, tidak ada satu pun petunjuk tentang apa yang terjadi padanya.

Kanaya telah mencoba untuk move on, namun ketidakpastian menguasai dirinya. Hari demi hari berlalu, hatinya dipenuhi kehampaan yang gelap, seolah bayang-bayang jembatan yang sangat ia takuti sedang menjangkau dirinya. Rumah mereka yang dulunya penuh tawa dan mimpi bersama, kini menjadi surga kesunyian.

Suatu malam, tanpa mengetahui alasannya, dia memutuskan untuk pergi ke jembatan. Saat itu malam tanpa bulan, langit bagaikan kanvas hitam tak berujung. Bintang-bintang, yang tersembunyi di balik awan tebal, meninggalkan dunia dalam kegelapan total. Angin dingin menerobos pepohonan, membisikkan kata-kata yang Kanaya tidak mengerti, tapi sepertinya itu memanggilnya.

Saat kami sampai di jembatan, udara terasa semakin tebal. Setiap langkah bergema di atas kayu tua yang berderit, dan suara sungai di bawahnya nyaris tak terdengar seperti gumaman. Dia berhenti di tengah jembatan, tempat di mana menurut legenda sosok itu muncul. Kesedihan di hatinya seakan menyatu dengan kegelapan yang menyelimutinya.

"Hans..." bisik Ana, suaranya pecah. Kamu ada di mana?

Angin berhenti bertiup. Seluruh dunia seakan berhenti pada saat itu. Dan kemudian dia melihatnya. Sesosok tubuh tinggi kurus berpakaian hitam muncul di ujung jembatan. Wajahnya tertutup bayangan tudung, tapi Kanaya bisa merasakan tatapan tajam ke arahnya.

Teror seharusnya melumpuhkannya, tetapi bukannya melarikan diri, dia malah merasakan ketenangan yang aneh. Ada sesuatu yang familiar pada sosok itu. Cara dia bergerak, lambat tapi tegas. Jantung Kanaya mulai berdetak lebih cepat, bukan karena takut, tapi karena harapan.

"Hans..." ulangnya, hampir tidak bisa bernapas.

Sosok itu tidak berkata apa-apa, tapi mendekat, langkah kaki diam yang sepertinya tidak bergema di malam hari. Kanaya tak bisa bergerak, kakinya seperti terpaku pada kayu jembatan. Ketika sosok itu sudah cukup dekat, dia berhenti di depannya. Dia mengangkat tangan pucat dan dingin dan menyentuh pipinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline