Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Borobudur: Candi Budha Termegah di Indonesia

Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Borobudur: Candi Budha Termegah di Indonesia (778-850 M)

Di jantung pulau Jawa di Indonesia terdapat Borobudur, salah satu monumen Budha terbesar dan terpenting di dunia. Dibangun pada masa Dinasti Syailendra antara tahun 778 dan 850 M, candi megah ini merupakan bukti ketaatan beragama, kehebatan arsitektur, dan kemegahan budaya Indonesia kuno.

Arsitektur dan Desain

Borobudur dirancang sebagai stupa besar, yang merupakan struktur yang digunakan dalam tradisi Budha untuk menyimpan relik dan bermeditasi. Dibangun dalam bentuk mandala, simbol Buddha yang melambangkan alam semesta. Candi ini terdiri dari sembilan platform yang saling tumpang tindih: enam persegi di bagian bawah dan tiga lingkaran di bagian atas, dimahkotai oleh stupa tengah yang besar.

Monumen ini dihiasi sekitar 2.672 panel relief dan 504 patung Buddha yang masing-masing diukir dengan sangat teliti. Panel-panel ini menceritakan kehidupan Siddhartha Gautama, Sang Buddha, dan teks suci Budha lainnya. Relief tersebut tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga berfungsi sebagai panduan visual doktrin dan meditasi Buddha.

Simbolisme dan Tujuan

Struktur Borobudur melambangkan jalan agama Buddha menuju pencerahan. Platform bawah melambangkan dunia keinginan dan keterikatan duniawi, sedangkan platform atas melambangkan transisi menuju keadaan meditasi dan kebijaksanaan, yang berpuncak pada stupa pusat yang melambangkan realisasi pencerahan dan hubungan dengan nirwana.

Pengunjung berkeliling kuil searah jarum jam, naik melalui berbagai platform dan melewati relief yang menceritakan kisah-kisah Buddha. Perjalanan fisik ini juga merupakan perjalanan spiritual, berupaya meniru jalan menuju pemahaman dan pembebasan.

Penemuan Kembali dan Restorasi

Selama berabad-abad, Borobudur terlupakan di bawah lapisan abu vulkanik dan tumbuh-tumbuhan hingga ditemukan kembali pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Inggris di Jawa. Sejak ditemukan kembali, candi ini telah mengalami banyak restorasi untuk menjaga integritas struktural dan seninya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline