Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Lubang Hitam Supermasif dengan Teleskop James Webb

Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Teleskop Luar Angkasa James Webb, sumber: iStock)

Lubang hitam supermasif dengan Teleskop James Webb

Teleskop Luar Angkasa James Webb telah memungkinkan para ilmuwan untuk "melihat" lubang hitam supermasif dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya. Berkat instrumen canggih ini, para ahli astrofisika dari beberapa negara berhasil "mengintip" salah satu lubang hitam paling masif dan terjauh yang pernah diamati dari Bumi. Lubang hitam kolosal ini terletak sekitar 13 miliar tahun cahaya jauhnya, saat alam semesta baru berusia sekitar 800 juta tahun.

Sebuah Tonggak Sejarah dalam Astrofisika

Hasil penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Nature Astronomy ini mengejutkan komunitas ilmiah. Para peneliti telah menemukan bahwa lubang hitam masif dan jauh ini “diberi makan” dengan cara yang sama seperti lubang hitam terbaru dan terdekat di alam semesta. Pengamatan ini sangat penting karena miliaran tahun pertama sejarah kosmik merupakan tantangan bagi para astronom, yang mencoba memahami bagaimana lubang hitam di pusat galaksi memperoleh massa sebesar itu dalam waktu singkat.

Mengungkap Rahasia Alam Semesta Awal

Salah satu pertanyaan besar yang coba dijawab oleh para ahli astrofisika adalah bagaimana lubang hitam awal ini bisa menjadi begitu masif dengan begitu cepat. Pengamatan baru yang dilakukan oleh Teleskop James Webb menawarkan bukti kuat yang menantang beberapa teori yang diajukan sebelumnya. Dengan mengamati objek-objek jauh ini, para ilmuwan pada dasarnya melihat ke masa lalu dan melihat quasar terjauh seperti yang terjadi pada masa “fajar kosmik”, sekitar satu miliar tahun setelah peristiwa Big Bang terjadi dan ketika bintang dan galaksi pertama terbentuk.

Peran Teleskop James Webb

Peluncuran Teleskop Luar Angkasa James Webb, dan khususnya instrumen inframerah tengah MIRI, telah merevolusi kemampuan para astronom untuk mempelajari quasar, yaitu galaksi yang menampung lubang hitam supermasif. MIRI dibangun oleh konsorsium internasional yang beranggotakan ilmuwan dan insinyur dari Dewan Tinggi Penelitian Ilmiah (CSIC) dan Institut Teknologi Dirgantara Nasional (INTA). Sebagai imbalan atas pembuatan instrumen ini, konsorsium menerima waktu pengamatan, dan pada tahun 2019, sebelum peluncuran James Webb, mereka memutuskan untuk menggunakan sebagian waktu tersebut untuk mengamati quasar terjauh yang diketahui pada saat itu, yang diberi nama J1120+0641.

Kesimpulan

Teleskop Luar Angkasa James Webb telah membuka jendela baru ke masa lalu alam semesta, memungkinkan para ilmuwan untuk mengeksplorasi dan lebih memahami momen-momen awal kosmos. Penemuan ini tidak hanya menjelaskan pesatnya pertumbuhan lubang hitam di awal alam semesta, namun juga menantang dan menyempurnakan teori kita tentang evolusi kosmos. Pengamatan objek seperti quasar J1120+0641 menandai dimulainya era astrofisika yang menarik, di mana setiap data baru berpotensi mendefinisikan kembali pemahaman kita tentang alam semesta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline