Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Virgil dan Karya Kekalnya Aeneid

Diperbarui: 29 September 2024   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Virgil Eneid, Sumber: Britannica)

Pengganti Homer di Roma: Virgil dan karya Kekalnya “Eneid” 

Di jantung dunia kuno, di mana akar Kekaisaran Romawi terjalin dengan kekayaan budaya dan seni, muncullah seorang penyair yang karyanya akan menjadi pilar sastra Barat: Publius Virgil Maron, yang secara universal dikenal sebagai Virgil.

Lahir pada tahun 70 SM. Di desa pedesaan Andes, dekat Mantua, Virgil tumbuh dalam masa yang penuh gejolak, ditandai dengan perang saudara yang pada akhirnya mengarah pada konsolidasi kekuasaan di tangan Augustus, kaisar Romawi pertama. Masa perubahan dan konsolidasi ini akan sangat tercermin dalam karyanya yang paling terkenal, "Aeneid".

"Aeneid" adalah sebuah epik dalam dua belas buku yang menceritakan petualangan Aeneas, pahlawan Trojan yang ditakdirkan menjadi nenek moyang bangsa Romawi. Karya ini tidak hanya mencerminkan "Iliad" dan "Odyssey" karya Homer dalam gaya dan tema epiknya, tetapi juga merupakan upaya cerdik Virgil untuk memberikan asal mula yang mulia dan hampir ilahi ke Roma. Melalui petualangan Aeneas, Virgil merangkai narasi yang tidak hanya mengagungkan masa lalu Trojan Roma, namun juga membenarkan masa kini dan masa depan kekaisarannya di bawah pemerintahan Augustus.

Apa yang membuat "Aeneid" begitu istimewa adalah kemampuan Virgil menggabungkan tradisi epik Yunani dengan realitas Romawi. Puisinya, yang kaya akan gambaran dan simbolisme, tidak hanya berbicara tentang pahlawan dan dewa, tetapi juga tentang nilai-nilai Romawi: tugas, pengorbanan, dan kesalehan. Karya ini mencerminkan ketegangan antara takdir dan kebebasan individu, tema-tema yang bergema di Roma yang sedang berjuang menemukan identitasnya di tengah transformasi besar.

Virgil mengerjakan "Aeneid" selama sebelas tahun terakhir hidupnya, dan, menurut legenda, dia tidak pernah menganggapnya selesai. Di ranjang kematiannya pada tahun 19 SM, ia meminta agar karya tersebut dibakar, namun untungnya, keinginannya tidak dipenuhi oleh perintah Augustus, sehingga mahakarya ini tetap bertahan untuk menerangi generasi mendatang.

Pengaruh Virgil dan "Aeneid" -nya melampaui waktu dan tempatnya. Karyanya telah menginspirasi banyak seniman, penulis, dan pemikir selama berabad-abad, menjadi teks fundamental untuk memahami tidak hanya sastra kuno, namun juga identitas budaya Barat itu sendiri.

Dalam diri Virgil, Roma menemukan suaranya yang paling fasih, seorang penyair yang, seperti Homer sebelumnya, menangkap semangat peradaban dalam syairnya. "Aeneid" tetap menjadi bukti kehebatan Virgil, seorang penyair yang, dengan penanya, membangun sebuah monumen yang tahan lama seperti batu-batu Roma itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline