Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

The Ghost Galleon, Tragedi dan Harta Karun di Selat Malaka

Diperbarui: 24 September 2024   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(The Ghost Galleon, Sumber: pinterest.com/debsbunch5/)

The Ghost Galleon: Tragedi dan Harta Karun di Selat Malaka

Harta Karun Bunga Laut, sebuah narasi tentang harta karun yang hilang dan mimpi yang tenggelam, berakar pada sejarah maritim sebagai sebuah teka-teki yang masih memikat para pemburu harta karun, sejarawan, dan petualang. Kisah ini dimulai dengan pembangunan kapal Portugis, Flor de la Mar, di galangan kapal Lisbon pada akhir abad ke-15, yang ditakdirkan untuk menjadi ikon ambisi kekaisaran dan tragedi kelautan.

Kapal ini pertama kali berlayar pada tahun 1502, ketika Kekaisaran Portugis berada di puncak kekuasaannya, menyebarkan tentakelnya ke seluruh Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Di bawah lapisan caravel dan galleon, Portugis menjalin jaringan jalur perdagangan yang tidak hanya memungkinkan mereka memonopoli rempah-rempah dan sutra, tetapi juga mengangkut kekayaan yang tak terhitung jumlahnya.

Flor de la Mar adalah bagian integral dari upaya ini, dan setelah beberapa pelayaran sukses, ketenarannya semakin meningkat. Namun perjalanan terakhirnya, pada tahun 1511, lah yang menjadikan nasibnya tetap dalam legenda. Di bawah komando Alfonso de Albuquerque, raja muda Portugis India, galleon memainkan peran penting dalam merebut Malaka, sebuah perusahaan makmur yang membuat iri semua negara Eropa.

Malaka adalah permata mahkota perdagangan di Timur, titik transshipment di mana barang-barang dipertukarkan dari Tiongkok dan India. Ketika jatuh ke tangan Portugis, gudang Flor de la Mar dipenuhi dengan harta karun yang tak terbayangkan: gunungan emas dan perak, peti berisi batu berharga, artefak bertatahkan permata eksotis, dan lebih banyak harta daripada yang pernah mereka miliki sebelumnya telah terlihat di Eropa.

Dengan muatan galleon yang mencapai batas kemampuannya, Flor de la Mar meninggalkan Malaka menuju Goa, namun kekayaan yang dibawanya tampaknya menjadi beban yang terlalu berat. Di perairan berbahaya Selat Malaka, badai amukan yang tak tertandingi berkobar. Gelombang raksasa dan angin tanpa ampun melawan galleon, mematahkan perlawanannya. Di tengah kekacauan ini, Bunga Laut terbelah menjadi dua, dan harta karunnya tersebar hingga ke kedalaman lautan.

Ada yang mengatakan bahwa keserakahan adalah badai sesungguhnya yang menenggelamkan Flor de la Mar, sebuah kapal yang tidak dirancang untuk mengangkut kekayaan sebesar itu. Ada pula yang berpendapat bahwa hal ini hanyalah sebuah tindakan alam yang tidak dapat diprediksi dan bersifat merusak. Yang tak terbantahkan adalah sejak malam naas itu, harta karun Bunga Laut menjadi Cawan Suci harta karun yang tenggelam.

Selama berabad-abad, banyak yang berusaha menemukan sisa-sisa galleon tersebut. Kisah para nelayan yang menemukan koin kuno Portugis di jaring mereka atau penyelam yang bersumpah bahwa mereka melihat meriam kuno di antara karang memicu legenda tersebut. Namun, bagian sebenarnya dari Flor de la Mar masih sulit dipahami, dilindungi oleh turbulensi air dan, mungkin, oleh sesuatu yang lebih halus.

Di zaman modern, dengan teknologi sonar dan ekspedisi menyelam yang canggih, pencarian Flor de la Mar berlanjut dengan semangat baru. Namun lautan sangat luas dan penuh dengan rahasia, dan kapal serta harta karunnya masih tetap ada, sampai hari ini, hilang dalam bayang-bayang laut, sebuah pengingat abadi bahwa, terkadang, kekayaan terbesar umat manusia berada di luar jangkauan kita, menunggu untuk kita capai telah menemukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline