Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Mengungkap Enigma Stonehenge: Observasi Astronomi atau Kuil Suci

Diperbarui: 18 September 2024   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Stonehenge, sumber: iStock)

Apakah Stonehenge itu Observatorium Astronomi atau Kuil Suci? Mengungkap Enigma, ini aku kasih tahu!

Di dataran hijau Salisbury di Inggris berdiri sebuah teka-teki batu yang menantang pemahaman manusia selama ribuan tahun. Stonehenge, dengan batuannya yang menjulang tinggi dan berdiri dalam lingkaran konsentris, tetap menjadi salah satu monumen prasejarah paling terkenal dan misterius di dunia. Sejarah, tujuan, dan misteri yang mengelilinginya terus menjadi daya tarik dan studi.

Asal usul Stonehenge dimulai sekitar tahun 3000 SM, ketika struktur pertama, lubang sederhana yang dikenal sebagai parit, digali ke dalam bumi. Selama berabad-abad, Stonehenge berevolusi, dengan penambahan batu sarsen dan batu biru yang lebih kecil. Namun, yang kurang diketahui adalah sejarah manusia yang terkait dengan perubahan struktural tersebut. 

Sisa-sisa manusia yang ditemukan di situs tersebut menunjukkan bahwa Stonehenge mungkin telah menjadi situs pemakaman selama 500 tahun pertama. Selain itu, studi isotop terbaru pada sisa-sisa manusia menunjukkan bahwa beberapa orang yang dikuburkan di Stonehenge mungkin berasal dari Wales, menunjukkan adanya hubungan yang lebih luas dan mungkin merupakan situs ziarah selama Zaman Perunggu.

Tujuan sebenarnya dari Stonehenge masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa teori menyatakan bahwa itu adalah kuil untuk memuja dewa-dewa bumi kuno, sementara yang lain menganggapnya sebagai observatorium astronomi. Teori terakhir ini diperkuat oleh orientasi Stonehenge yang tepat pada titik balik matahari musim panas dan titik balik matahari musim dingin, yang menunjukkan pengetahuan astronomi yang lebih maju. Studi arkeologi telah menemukan bukti adanya festival dan pertemuan di situs tersebut, yang menunjukkan bahwa Stonehenge mungkin juga merupakan tempat pertemuan sosial dan budaya.

Investigasi arkeologi sangat penting untuk mengungkap misteri Stonehenge. Proyek Riverside, misalnya, telah mengungkapkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Stonehenge dibangun dan hubungannya dengan lanskap sekitarnya. Teknologi radar penembus tanah dan metode non-invasif lainnya memungkinkan para arkeolog melakukan eksplorasi di bawah permukaan situs tanpa mengganggunya, mengungkap fitur-fitur yang sebelumnya tidak diketahui seperti lubang tambahan dan penguburan.

Stonehenge telah menjadi pusat berbagai mitos dan legenda. Salah satu yang paling terkenal adalah legenda Arthurian, yang menceritakan bahwa penyihir Merlin memerintahkan pembangunan Stonehenge sebagai monumen para bangsawan yang jatuh. Meskipun tidak ada bukti sejarah yang mendukung legenda ini, hubungannya dengan Stonehenge mencerminkan daya tarik abadi monumen tersebut.

Stonehenge tidak sendirian dalam misteri dan kemegahannya. Situs seperti lingkaran batu Avebury, juga di Inggris, dan kompleks kuil Ġgantija yang mengesankan di Malta, menawarkan contoh konstruksi megalitik yang paralel. Namun, Stonehenge memiliki keunikan dalam kompleksitas arsitektur dan keselarasan astronomisnya yang tepat. Meskipun situs lain mungkin lebih besar atau lebih tua, Stonehenge tetap unik dalam kombinasi teknik, presisi, dan misteri.

Stonehenge terus menangkap imajinasi dunia, berfungsi sebagai pengingat kuat akan kedalaman sejarah manusia yang tak terduga dan masih adanya misteri di masa lalu kolektif kita. Seiring dengan berlanjutnya penelitian, semakin banyak rahasia teka-teki batu ini yang mungkin akan terungkap, namun beberapa misteri Stonehenge mungkin masih belum terpecahkan, selamanya menawan dan tak terduga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline