Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Dualitas Tertawa: Kebenaran Tersembunyi di Balik Senyuman

Diperbarui: 1 September 2024   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dualitas Tertawa, sumber:Ratu.ai)

Dualitas Tertawa: Kebenaran Tersembunyi di Balik Senyuman 

Tertawa sering kali dianggap sebagai tanda kebahagiaan yang universal. Saat kita bertemu seseorang yang suka tertawa, kita tentu berasumsi bahwa dia benar-benar bahagia. Dalam banyak kasus, asumsi ini benar---tertawa bisa menjadi cerminan semangat gembira dan puas. Namun, realitas emosi manusia itu rumit, dan terkadang, tertawa tidak semudah kelihatannya. Bagi sebagian orang, ini adalah ekspresi kegembiraan yang tulus, sementara bagi yang lain, itu adalah topeng yang menyembunyikan rasa sakit yang lebih dalam. 

Jiwa-Jiwa yang Penuh Kegembiraan

 Ada orang-orang langka yang tawanya semurni kedengarannya. Mereka adalah orang-orang yang menyukai hal-hal kecil, yang dapat melihat humor dalam hal-hal duniawi, dan yang menjalani kehidupan dengan rasa optimisme yang menular. Tawa mereka merupakan ekspresi lahiriah dari kebahagiaan batin mereka, dan berada di dekat mereka dapat memberikan semangat. Orang-orang yang benar-benar bahagia ini sering kali menemukan keseimbangan dalam hidup. 

Mereka memahami bahwa meskipun hidup memiliki tantangannya sendiri, ia juga memiliki momen-momen indah dan menyenangkan. Mereka menerima suka dan duka dengan anggun, memilih untuk fokus pada hal positif. Tawa mereka tidak dipaksakan tetapi mengalir secara alami dari sumber kepuasan. Bagi mereka, tertawa adalah cerminan sejati dari keadaan batin mereka---kedamaian, kepuasan, dan rasa syukur.

Rasa Sakit yang Tersembunyi 

Namun, tidak semua tawa berasal dari kegembiraan. Beberapa orang menggunakan tawa sebagai mekanisme pertahanan, cara untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari rasa sakit yang mereka bawa ke dalam. Mereka adalah orang-orang yang tampak seperti orang yang suka berpesta, selalu siap melontarkan lelucon atau senyuman, namun di balik permukaan, mereka sedang berjuang. 

Bagi mereka, tertawa menjadi mekanisme koping. Ini adalah cara untuk memproyeksikan kekuatan dan kebahagiaan ke dunia luar, bahkan ketika mereka sedang terluka di dalam. Orang-orang ini mungkin takut jika mereka menunjukkan emosi aslinya, mereka akan membebani orang lain atau dianggap lemah. 

Jadi, mereka memilih bersembunyi di balik senyuman, berharap tidak ada yang melihat terlalu dekat. Hidup bisa jadi brutal, dan rasa sakit yang ditanggung sebagian orang sangat dalam. Entah itu kehilangan, trauma, atau rasa hampa, mereka belajar menyembunyikan penderitaannya dengan tertawa. Ini adalah fasad yang sulit dipertahankan, tetapi bagi banyak orang, hal ini terasa perlu. Mereka ingin terlihat tangguh, sebagai seseorang yang mampu menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup mereka. Jadi, mereka tertawa, meski mereka merasa ingin menangis.

Kompleksitas Emosi Manusia 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline