Tahukah Anda bahwa Candi Sarang Harimau di Bhutan terletak di atas jujur tinggi 3.000 meter? Temukan biara menakjubkan di ketinggian dan rahasia yang disimpan tempat suci ini!
Jauh di dalam Pegunungan Himalaya, di kerajaan kecil Bhutan, terletak salah satu kuil paling spektakuler dan mistis di dunia: Biara Paro Taktsang, lebih dikenal sebagai Sarang Harimau. Kuil yang mengesankan ini, yang tampaknya menentang hukum gravitasi, terletak di tebing setinggi 3.000 meter di atas permukaan laut, menawarkan panorama lembah hijau dan pegunungan di sekitarnya yang tak tertandingi.
Yang tidak diketahui banyak orang adalah, menurut legenda, Guru Padmasambhava, yang memperkenalkan agama Buddha ke Bhutan, tiba di tempat ini dengan menunggangi seekor harimau betina, dan sejak itu, situs tersebut dianggap suci. Pembangunan Sarang Harimau di lokasi terpencil dan tinggi merupakan keajaiban arsitektur sejati. Bahan-bahannya diangkut dengan tangan atau dengan bantuan hewan, dan butuh kerja keras bertahun-tahun untuk mendirikan monumen pengabdian ini.
Detail konstruksinya dan kisah-kisah yang mengelilingi setiap sudut biara sangat menarik; Konon di salah satu guanya, Padmasambhava bermeditasi selama tiga tahun, tiga bulan, tiga minggu, tiga hari dan tiga jam. Detail ini telah mengubah kuil ini menjadi tempat ziarah bagi umat Buddha dari seluruh dunia, yang ingin mengikuti jejak sang guru dan mencapai pencerahan.
Bagi wisatawan yang berani berkunjung ke Sarang Macan, pengalaman yang didapat tidak hanya memukau secara visual, namun juga menantang secara fisik. Jalur menuju vihara adalah pendakian yang memakan waktu kurang lebih tiga jam dari kaki gunung, dan meskipun rutenya ditandai dengan baik, namun curam dan berat, terutama karena ketinggiannya.
Biasanya pengunjung beristirahat untuk menyesuaikan diri dan menikmati pemandangan sekitar yang spektakuler. Tips yang berharga adalah memulai pendakian di pagi hari untuk menghindari keramaian dan panas siang hari, serta membawa air putih dan makanan ringan yang cukup.
Fakta aneh lainnya yang tidak diketahui semua orang adalah, karena kepentingan agama dan budayanya, akses ke bagian dalam vihara dibatasi di area tertentu, terutama bagi umat non-Buddha. Namun, pengunjung masih bisa menjelajahi beberapa ruangan dan gua yang menampung patung dan mural kuno, serta menerima berkah dari biksu setempat. Dilarang keras memotret interiornya, jadi penting untuk menghormati peraturan dan adat istiadat setempat, agar wisatawan dapat terhubung lebih dalam dengan spiritualitas tempat tersebut.
Saat merencanakan kunjungan Anda ke Sarang Harimau, disarankan untuk melakukannya saat festival keagamaan, seperti Paro Tshechu, yang berlangsung pada musim semi. Selama acara ini, biara menjadi hidup dengan tarian tradisional, topeng warna-warni, dan ritual sakral yang menawarkan tampilan unik pada budaya Bhutan. Namun, penting untuk diingat bahwa Bhutan memiliki batasan jumlah wisatawan yang diperbolehkan masuk ke negara tersebut setiap tahunnya, untuk melestarikan warisan budaya dan lingkungannya, sehingga penting untuk membuat rencana terlebih dahulu dan mematuhi semua persyaratan visa dan izin.
Sarang Harimau lebih dari sekadar kuil gantung; Ini adalah simbol perlawanan spiritual dan fisik yang diwakili oleh agama Buddha di Bhutan. Setiap langkah menuju puncaknya merupakan kesempatan untuk merefleksikan jalan hidup, keyakinan dan peningkatan pribadi. Ini bukan sekedar tujuan wisata, namun sebuah pengalaman transformatif yang meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di hati mereka yang cukup beruntung untuk mengunjunginya. Jadi, jika Anda mencari tempat yang memadukan sejarah, spiritualitas, dan petualangan, Sarang Harimau harus ada dalam daftar yang wajib Anda kunjungi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H