Jangan Tukarkan Keaslian Anda untuk Persetujuan!
Di dunia di mana persetujuan tampaknya menjadi alat interaksi sosial, mudah bagi kita untuk terjebak dalam upaya tanpa henti untuk mendapatkan penerimaan. Entah itu jumlah suka di media sosial, validasi dari teman-teman, atau keinginan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial, upaya untuk mendapatkan persetujuan sering kali dapat membuat kita mengkompromikan aset paling berharga yang kita miliki: keaslian kita.
Keaslian adalah dasar dari ekspresi diri yang sebenarnya. Ini adalah tindakan bersikap tulus, tetap setia pada nilai-nilai, kepercayaan, dan kepribadian Anda, bahkan ketika dunia terasa menekan Anda untuk menyesuaikan diri. Ini tentang menerima siapa diri Anda kekurangan dan segalanya tanpa perlu menutupi jati diri Anda untuk mendapatkan persetujuan orang lain.
Jebakan Mencari Persetujuan
Kebutuhan akan persetujuan sudah mendarah daging dalam sifat manusia. Sejak usia dini, kita belajar bahwa perilaku dan pilihan tertentu menimbulkan reaksi positif, sementara perilaku dan pilihan lainnya mungkin menimbulkan ketidaksetujuan atau bahkan penolakan. Kecenderungan alami untuk mencari penerimaan dapat membawa kita ke jalur di mana kita mulai memprioritaskan validasi eksternal atas kebenaran batin kita.
Saat kita menukar keaslian kita demi mendapatkan pengakuan, kita membiarkan orang lain mendikte nilai kita. Kita membentuk diri kita sendiri agar sesuai dengan harapan orang lain, seringkali dengan mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan kita sendiri. Hal ini dapat menyebabkan siklus ketidakpuasan, karena tidak ada persetujuan dari luar yang dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan dengan mengabaikan siapa diri kita sebenarnya.
Kekuatan Keaslian
Memilih keaslian daripada persetujuan adalah tindakan yang berani. Hal ini membutuhkan kesadaran diri, kepercayaan diri, dan kemauan untuk berdiri sendiri jika diperlukan. Namun manfaat dari hidup secara otentik jauh lebih besar daripada ketidaknyamanan sementara yang mungkin timbul karena penolakan terhadap ekspektasi masyarakat.
1. Harga Diri