AI & Teknologi: Hanya secerdas orang yang mengendarainya. Mulai dari layanan kesehatan hingga keuangan, hiburan hingga manufaktur, AI dengan cepat diintegrasikan ke dalam berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari.
Namun, meskipun memiliki kemampuan yang mengesankan, masih ada satu kebenaran penting: AI dan teknologi hanya akan secerdas orang yang menggerakkannya.
Elemen Manusia di Balik AI
Pada intinya, AI adalah sebuah alat---alat yang ampuh, namun tetap merupakan sebuah alat. Itu bergantung pada algoritma, data, dan kekuatan komputasi untuk berfungsi. Namun, komponen-komponen ini tidak tercipta dengan sendirinya. Elemen manusianya---peneliti, insinyur, ilmuwan data, dan ahli teknologi---yang merancang, membangun, dan menyempurnakan sistem AI.
Kualitas, akurasi, dan etika AI terkait langsung dengan keahlian, niat, dan nilai-nilai pihak yang mengembangkan dan menerapkannya. Misalnya, algoritma AI dilatih berdasarkan kumpulan data yang dikurasi oleh manusia. Jika datanya bias, tidak lengkap, atau cacat, keluaran AI akan mencerminkan kekurangan tersebut. Inilah sebabnya mengapa diskusi seputar etika dan bias AI sangat penting. Teknologi itu sendiri pada dasarnya tidak memiliki bias, namun orang-orang yang menciptakan dan melatihnya mungkin saja, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Peran Intensionalitas Efektivitas
AI juga ditentukan oleh niat penggunanya.
Apakah AI digunakan untuk tujuan yang bermanfaat---seperti meningkatkan diagnostik medis atau mengoptimalkan konsumsi energi---atau untuk aplikasi yang lebih meragukan---seperti menyebarkan informasi yang salah atau melanggar privasi---bergantung pada pilihan yang dibuat oleh mereka yang menggunakannya.
Ambil algoritma media sosial sebagai contoh. Sistem berbasis AI ini dirancang untuk membuat pengguna tetap terlibat, namun cara mereka melakukannya dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti ruang gema atau penyebaran berita palsu. Tujuan di balik desain dan penerapan algoritma ini memainkan peran penting dalam hasil yang dihasilkan.