Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Narasi tentang Akhir Tragis Santa Maria Columbus

Diperbarui: 12 Agustus 2024   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Santa Maria Columbus, Sumber:Freepik)

Apa akhir tragis Santa Maria Columbus? Di sini saya memberitahu Anda Angin masa lalu membisikkan kisah orang-orang pemberani yang berani menelusuri rute ke tempat yang tidak diketahui, di antaranya muncul legenda Christopher Columbus, yang namanya terkait dengan kapal setianya, Santa Mara.

Dahulu kala, sebelum bisikan takdir sampai padanya, dia dikenal sebagai "La Gallega", sebuah karya kebanggaan galangan kapal di Galicia, Spanyol. Lebih besar dan lebih kuat dari caravel, kapal ini tidak dimaksudkan untuk balapan di laut, tetapi untuk menopang beban muatan yang besar dan bahkan impian yang lebih besar, terutama bagi seorang visioner Genoa yang melihat melampaui cakrawala nyata. Bukan kebetulan yang membuat Santa Mara dipilih untuk melakukan perjalanan menuju hal yang belum dijelajahi.

Meskipun dia tidak memiliki kecepatan seperti orang lain, kekuatan dan perutnya yang mumpuni membedakannya sebagai teman ideal untuk menghadapi hal yang tidak diketahui. Di bawah komando Juan de la Cosa, seorang pria yang jantungnya berdetak seiring dengan ombak, para kru, yang ditenun dengan pengalaman dan keberanian, mempercayai kapal mereka seperti seorang pelaut mempercayai Bintang Utara. Tahun 1492 menjadi tahun alam semesta seakan menahan napas.

Columbus, didukung oleh raja-raja, didorong oleh teori-teori dan didorong oleh rasa ingin tahu yang tak terpuaskan, berlayar menuju tempat yang tidak diketahui. Para penumpang Santa Maria menghadapi amukan alam, keheningan laut yang menyiksa, dan momok kegagalan yang mengancam akan melahap tekad mereka. Namun, dalam jurang keputusasaan itulah Santa Maria menolak untuk goyah. Kayunya berderit seperti lagu pengantar tidur bagi para pelaut, lagu ketekunan dan keyakinan.

(Santa Maria Columbus, Sumber:Freepik)

Dan kemudian, bersama Pinta dan La Nia, dia menerjang badai dan menenangkan prahara, melindungi mereka yang menganggapnya sebagai penyelamat besi dan kayu. Harapan, seutas benang rapuh, hampir putus, ketika di tengah keputusasaan, kata-kata bergema bagaikan gema ilahi: "Tanah di depan mata!".Perjalanannya berakhir di Haiti, dikelilingi oleh gundukan pasir yang tidak akan pernah bisa dibebaskan. Tetapi bahkan dalam nafas terakhirnya, dia memberikan perlindungan, karena dengan tulang belulangnya, Columbus mendirikan benteng pertama Eropa di daratan baru.

Santa Mara, dalam keagungannya yang sunyi, berdiri sebagai monumen bukan untuk jarak yang telah ditempuh, namun untuk keberanian untuk melamun, untuk melihat di setiap matahari terbenam bukanlah sebuah akhir, namun sebuah awal yang baru. Semangatnya, yang terbungkus dalam kayu dan kain, tidak hanya melintasi lautan namun juga era, mencatatkan namanya dalam sejarah abadi umat manusia.

Meskipun menjadi kapal andalan Columbus, Santa Mara bukanlah kapal eksplorasi menurut standar saat ini. Itu adalah kapal, lebih lambat dan dirancang untuk mengangkut beban berat, dan bukan untuk kelincahan yang dibutuhkan dalam perjalanan eksplorasi. Dua kapal ekspedisi lainnya, Nia dan Pinta, merupakan caravel, lebih cepat dan lebih gesit, lebih mampu beradaptasi untuk menjelajah sepanjang pantai dan sungai yang tidak diketahui. Hal ini dapat berkontribusi pada tantangan yang dihadapi Columbus dan krunya dan, pada akhirnya, nasib Santa Mara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline