Tahukah anda kisah nyata dari pahlawan wanita dan orang suci Perancis ini? Saya lan menceritakan tentang kehidupan yang sangat menarik dari Joan of Arc kepada anda, simak dan baca sampai selesai!
Kisah Joan of Arc, Maid of Orleans, merupakan perpaduan antara keberanian, mistisisme, dan tragedi. Sosoknya melampaui kerangka sejarah belaka hingga menjadi simbol kepahlawanan dan iman yang abadi. Namun apa yang sebenarnya kita ketahui tentang remaja putri yang menentang konvensi pada masanya untuk mengubah jalannya sejarah?
Lahir pada tahun 1412 di Domrmy, sebuah kota kecil di Perancis, Joan dibesarkan di negara yang dilanda Perang Seratus Tahun melawan Inggris. Perang ini bukan hanya perebutan wilayah, tetapi juga konfrontasi dinasti untuk memperebutkan takhta Prancis. Situasi di Perancis sangat menyedihkan; Inggris menguasai sebagian besar wilayah, termasuk Paris.
Bagian luar biasa dari kisah Joan dimulai pada usia tiga belas tahun, ketika dia mengaku mendapat penglihatan tentang tokoh-tokoh suci, termasuk malaikat agung Michael, Saint Catherine, dan Saint Margaret. Visi ini memberinya misi ilahi: mengusir Inggris dari Prancis dan membawa Dauphin Charles (yang kemudian dikenal sebagai Charles VII) ke Reims untuk penobatannya.
Pada usia enam belas tahun, dengan tekad yang tak tergoyahkan, Juana meyakinkan Dauphin akan misi ilahinya. Dia dilengkapi dengan baju besi, spanduk, dan pasukan kecil untuk membebaskan kota Orleans yang terkepung. Kehadirannya mengilhami pasukan Prancis meraih kemenangan mengejutkan pada tahun 1429. Prestasi ini tidak hanya mengubah jalannya perang, tetapi juga mengubah Joan menjadi ikon harapan dan keberanian nasional.
Juana mengaku penglihatannya dimulai sejak usia dini, sekitar 13 tahun. Ini tidak hanya bersifat visual, tetapi juga melibatkan pesan-pesan verbal dari tokoh-tokoh suci, sehingga memberikan kesan akan tujuan ilahi. Meski tidak memiliki pelatihan militer formal, Juana menunjukkan keterampilan luar biasa di medan perang. Dia menjadi pemimpin yang inspiratif dan licik, sering kali menawarkan strategi inovatif yang mengejutkan musuh-musuhnya dan memotivasi pasukannya.
Namun, nasibnya berubah secara tragis pada tahun 1430, ketika direbut oleh Burgundia, sekutu Inggris. Setelah diadili karena ajaran sesat yang penuh dengan penyimpangan dan motivasi politik, dia dijatuhi hukuman mati di tiang pancang pada tahun 1431, pada usia muda 19 tahun. Eksekusinya di Rouen merupakan upaya untuk mendiskreditkan tujuan dan karakter ilahinya.