Pernahkah kamu mendengar kisah raja yang mempersatukan Bangsa Eropa pada abad pertengahan? Saya akan menceritakan sedikit tentang raja Charles Agung kepada anda, simak dan baca sampai selesai!
Di panggung Abad Pertengahan yang luas muncullah sosok Charles Agung yang mengesankan, sebuah nama yang bergema selama berabad-abad sebagai pemersatu besar Eropa dan pendiri Kekaisaran Romawi Suci. Juga dikenal sebagai Charles Agung, Charles Agung adalah seorang raja yang visi dan kekuatan militernya mengkonfigurasi ulang peta Eropa, menetapkan landasan bagi perkembangan benua tersebut selama berabad-abad yang akan datang.
Lahir pada tahun 747, di masa konflik dan perpecahan yang terus-menerus, Charles Agung adalah putra Pepin si Pendek dan Bertrada dari Laon. Kenaikan tahtanya dimulai pada tahun 768, setelah kematian ayahnya, ketika ia dimahkotai sebagai raja kaum Frank bersama saudaranya Carloman. Kematian Charles Agung yang terlalu dini pada tahun 771 menjadikan Charles sebagai penguasa tunggal, sebuah tanggung jawab yang diembannya dengan ambisi yang tak tertandingi.
Charles bukan hanya seorang pejuang yang terampil tetapi juga seorang diplomat yang cerdik. Kampanye militer besar pertamanya adalah melawan Lombardia di Italia pada tahun 774, yang menghasilkan penobatannya sebagai Raja Lombardia. Kemenangan ini mengkonsolidasikan kekuasaannya di Italia utara dan memungkinkan dia membangun dominasi yang penting untuk penaklukannya di masa depan.
Selama masa pemerintahannya, Charles melakukan banyak kampanye militer yang memperluas kerajaannya di sebagian besar Eropa barat dan tengah. Dia menaklukkan Saxony setelah perang brutal yang berlangsung lebih dari tiga puluh tahun, menaklukkan Saxon dan memaksa mereka masuk Kristen. Kemenangannya atas suku Avar di Cekungan Danube juga memperluas kerajaannya, mencakup sebagian besar Eropa tengah.
Pada tanggal 25 Desember 800, Charles mencapai puncak kekuasaannya ketika Paus Leo III menobatkannya sebagai Kaisar Romawi Suci di Basilika Santo Petrus di Roma. Peristiwa ini tidak hanya mengembalikan gelar kekaisaran ke Barat setelah kehancurannya pada tahun 476 dengan jatuhnya Kekaisaran Romawi, namun juga melambangkan aliansi erat antara Gereja dan Negara di bawah kepemimpinan Charles Agung.
Charles Agung tidak sekadar memperluas kerajaannya melalui perang. Dia juga seorang reformis besar yang mempromosikan kebangkitan budaya dan pendidikan yang dikenal sebagai Renaisans Karoling. Ia mendirikan sekolah-sekolah, mendorong produksi manuskrip, dan menarik para sarjana dari seluruh Eropa ke istananya di Aachen. Di bawah perlindungannya, banyak teks klasik dilestarikan dan bentuk tulisan baru dikembangkan, seperti tulisan kecil Carolingian, yang membuat manuskrip lebih mudah dibaca dan disalin.
Warisan Charles Agung bertahan melampaui penaklukan dan reformasinya. Kerajaannya terpecah setelah kematiannya pada tahun 814, namun struktur politik dan budaya yang ia dirikan sangat mempengaruhi perkembangan Eropa abad pertengahan. Gagasan tentang kerajaan Kristen yang bersatu di bawah kepemimpinan yang kuat bertahan dan menjadi model bagi para penguasa masa depan.