Lihat ke Halaman Asli

Nadya Putri

Freelancer

Teori Darwin: Pertempuran antara llmu Pengetahuan dan lman

Diperbarui: 17 Juli 2024   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Charles Darwin, sumber: iStock)

Ketika Charles Darwin menerbitkan "The Origin of Species" pada tahun 1859, ia tidak hanya mengajukan teori ilmiah yang revolusioner, namun ia juga memicu perdebatan yang akan berlangsung selama berabad-abad: evolusi versus penciptaan. Benturan gagasan ini tidak hanya mengubah ilmu pengetahuan, namun juga menantang persepsi mendasar umat manusia tentang dirinya sendiri dan tempatnya di alam semesta.

Darwin menghabiskan hampir lima tahun (1831-1836) di atas kapal HMS Beagle, sebuah pelayaran yang berperan penting dalam pengembangan teori evolusinya. Selama ini, ia mengumpulkan sejumlah besar spesimen dan melakukan pengamatan mendetail, terutama di Kepulauan Galapagos, yang berperan penting dalam gagasannya selanjutnya.

Gagasan Darwin tentang evolusi melalui seleksi alam muncul dari pengamatannya yang cermat selama pelayaran HMS Beagle. Kesimpulan mereka, berdasarkan bukti dan alasan ilmiah, menyatakan bahwa semua spesies telah berevolusi dari waktu ke waktu dari nenek moyang yang sama. Menurut Darwin, proses ini disebabkan oleh seleksi alam, di mana individu yang beradaptasi lebih baik terhadap lingkungannya memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Teori ini sangat kontras dengan pandangan kreasionis tradisional, yang menyatakan bahwa semua spesies diciptakan secara mandiri dan abadi oleh wujud ilahi.

Publikasi Darwin menimbulkan kehebohan besar dalam masyarakat Victoria pada abad ke-19. Pada saat itu, penafsiran literal Alkitab diterima secara luas, dan gagasan bahwa umat manusia bukanlah hasil rancangan ilahi tertentu, melainkan hasil proses evolusi yang panjang, ditanggapi dengan skeptis, marah, dan bahkan ngeri oleh sebagian orang.

(Charles Darwin, sumber: iStock)

Konflik antara evolusi dan penciptaan terwujud tidak hanya dalam bidang ilmiah, namun juga dalam bidang budaya dan agama. Debat Oxford yang terkenal pada tahun 1860 antara Thomas Huxley, yang dijuluki "Bulldog Darwin", dan Uskup Samuel Wilberforce adalah contoh klasik dari benturan ide ini. Huxley dengan gigih membela teori Darwin, sementara Wilberforce mempertanyakan implikasi dan kesesuaiannya dengan kitab suci agama.

Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan memberikan lebih banyak bukti yang mendukung teori Darwin. Genetika, paleontologi, biologi molekuler, dan disiplin ilmu lain telah memberikan bukti kuat yang mendukung evolusi. Namun, perdebatan antara evolusi dan penciptaan terus berlanjut, sering kali mencerminkan konflik yang lebih dalam antara dua cara memandang dunia: yang satu berdasarkan keyakinan dan tradisi, dan yang lain berdasarkan observasi dan bukti empiris.

Pentingnya Darwin melampaui penemuan ilmiahnya. Dia memicu transformasi dalam pemikiran, memaksa umat manusia untuk mempertimbangkan kembali perannya dalam alam. Teori evolusi mempertanyakan konsep antroposentris tentang alam semesta dan membuka jalan bagi pemahaman kehidupan yang lebih dinamis dan terhubung.

Saat ini, perdebatan antara evolusi dan kreasionisme terus menjadi topik yang menarik dan kontroversial. Namun terlepas dari keyakinan individu, yang tidak dapat disangkal adalah dampak besar Charles Darwin terhadap pemahaman kita tentang alam. Warisannya bukan sekadar teori ilmiah, melainkan seruan rasa ingin tahu, skeptisisme konstruktif, dan pencarian kebenaran tanpa henti, nilai-nilai yang tetap penting dalam upaya kita memahami kompleksitas kehidupan di Bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline