Lihat ke Halaman Asli

Apakah Anakku Adalah Milikku?

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Baru-baru ini, saya berkesempatan menghadiri sebuah acara syukuran untuk bayi teman saya yang baru dibaptis di Eropa. Acara ini bisa dibandingkan dengan acara syukuran anak di Indonesia. Yang membuat saya termenung adalah, saat tante-nya si anak itu membacakan syair ini untuk orangtua bayi:

Your children are not your children. They are the sons and daughters of Life's longing for itself. They come through you but not from you, And though they are with you yet they belong not to you. You may give them your love but not your thoughts, For they have their own thoughts. You may house their bodies but not their souls, For their souls dwell in the house of tomorrow, which you cannot visit, not even in your dreams. You may strive to be like them, but seek not to make them like you. For life goes not backward nor tarries with yesterday. You are the bows from which your children as living arrows are sent forth. The archer sees the mark upon the path of the infinite, and He bends you with His might that His arrows may go swift and far. Let your bending in the archer's hand be for gladness; For even as He loves the arrow that flies, so He loves also the bow that is stable. ~Khalil Gibran~

Saya termenung, karena rasanya mengena sekali. Memang, saya pernah berpikir, ah, mereka juga manusia seperti saya, suatu saat mereka akan tumbuh dewasa seperti saya. Tapi terus terang, saya belum pernah berpikir sejauh itu, bahwa anak saya (jika suatu saat nanti saya punya), mempunyai jalan hidup-nya sendiri, mempunyai pemikirannya sendiri. Bahwa peran saya sebagai orang tua adalah seperti busur panah yang mengarahkan mereka, tapi jika saatnya tiba, mereka akan pergi lepas, terbang di jalan mereka sendiri... Jadi, anak tidak bisa dibandingkan dengan binatang peliharaan yang selalu setia mengikutiku atau boneka kesayangan yang bisa selalu kupeluk erat? Mungkin inilah maksud pepatah bahwa "anak adalah titipan Ilahi"? Mungkin begitulah yang dirasakan oleh ibuku saat "melepas"-ku pada hari pernikahanku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline