Lihat ke Halaman Asli

nadiyah hansur

unismuh makassar

Pembuatan Hewan Coba Covid-19

Diperbarui: 29 Agustus 2024   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

COVID-19 adalah penyakit yang sangat mempengaruhi sistem pernapasan kita. Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit ini dapat memicu peradangan parah di paru-paru, terutama pada mereka yang mengalami gejala berat. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa protein spike dari virus ini memainkan peran penting dalam menyebabkan kerusakan paru-paru. Para peneliti menyuntikkan protein ini pada tikus laboratorium untuk mempelajari bagaimana paru-paru merespons dan bagaimana peradangan berkembang. Dalam eksperimen ini, tikus menunjukkan tanda-tanda peradangan ringan di paru-paru setelah terpapar protein spike, mirip dengan yang terjadi pada manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, hasil penelitian ini memberikan kita wawasan tentang bagaimana virus ini mempengaruhi tubuh manusia. Gejala yang ditimbulkan oleh virus ini, seperti sesak napas dan batuk, terkait dengan kerusakan yang terjadi di dalam paru-paru. Seiring virus menyebar, dinding alveoli (bagian paru-paru yang berfungsi untuk pertukaran oksigen) menjadi lebih tebal, dan terjadi infiltrasi sel-sel imun yang mengakibatkan peradangan. Pada manusia, hal ini dapat menyebabkan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) yang sering ditemukan pada pasien COVID-19 parah.

Penting bagi kita untuk memahami bahwa peradangan ini tidak hanya mempengaruhi paru-paru tetapi juga bisa berdampak pada organ lain. Pada beberapa kasus, kerusakan organ lebih lanjut, seperti jantung atau ginjal, bisa terjadi akibat respon imun tubuh yang berlebihan. Inilah mengapa penting untuk mencari terapi yang dapat mengurangi peradangan ini, dan penelitian pada model hewan seperti tikus bisa membantu ilmuwan mengembangkan obat yang efektif untuk mengatasi COVID-19.

Kesimpulannya, meskipun peradangan pada paru-paru terlihat parah, penelitian ini menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, peradangan tersebut dapat pulih secara alami, setidaknya pada tikus. Hasil penelitian ini juga memberikan harapan bagi kita bahwa dengan memahami lebih baik bagaimana virus ini bekerja, kita dapat mengembangkan pengobatan yang lebih baik untuk mengurangi dampaknya pada tubuh manusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline