Lihat ke Halaman Asli

nadiyah hansur

unismuh makassar

Menelisik pergeseran kepentingan pada si sakit

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesendirian memang sangat dibenci karena memang manusia adalah mahluk social. Mahluk yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Tetapi kesendirian itu sendiri adalah keniscayaan. Pada suklus kehidupan setiap orang memang terlahir sendiri, selama didunia mulai memiliki teman, sahabat, keluarga,dll. Tetapi memang pada proses itu pun sebenarnya sebagian besar waktu masih dihabiskan sendiri. Silahkan saja menghitung berapa banyak waktu yang anda lewatkan sendri, itu akan masih lebih banyak dibandingkan waktu bersama orang lain.

Dimulai ketika dalam buaian, orang tua yang akan menemani, menjadi penghibur, namun ketika sudah beranjak dan mengalami fase kehidupan yang lain akan bertemu dengan teman-teman, bertemu dengan lawan jenis. Tetapi sebagian waktu masih banyak dihabiskan sendiri. Salah satu klimaks kesendirian ketika seseorang tidak berdaya, sakit, dll. Disanalah derita yang benar-benar ditangung sendiri, walau ada teman,orang tua, dll, namun sakit itu tidak mungkin dibagi. Hanya bisa dirasakan sendiri. Penderitaan itu akan semakin bertambah ketika benar-benar dihadapi sendiri, ketika anda berada diperantauan, sehingga jauh dari orang tua, dan hanya ada teman-teman yang sebenarnya membutuhkan anda ketika anda sehat saja. Maka derita semakin bertambah, hal ini yang menyebabkan dalam islam menjenguk orang sakit adalah kewajiban setiap muslim kepada muslim lainnya.

Menjenguk orang sakit semakin bergeser kepada suatu kebutuhan tergantung objeknya bahwa,, kebutuhan orang lain juga ada terhadap diri individu itu sangat besar ketika dalam keadaan sehat saja. KEcenderungan kebutuhan seseorang ketika sakit hanya ada satu yaitu Eksistensi dirinya atas dasar karena ingin dikatakan masih peduli dan orang lain berkata wah, inilah kebutuhan dasar yang membuat sebagian besar orang masih datang menjenguk. Berbeda ketika seseorang masih sehat, apalagi ketika kebutuhan terhadap individu tsb masih tinggi.

daya tarik yang tanpa kebutuhan yaitu yang dilandasi oleh ukhwah(persaudaraan). Secara teoritis Ukhuwah adalah ikatan jiwa yang melahirkan perasaan kasih sayang, cinta, dan penghormatan yang mendalam terhadap setiap orang, di mana keterpautan jiwa itu ditautkan oleh ikatan akidah Islam, iman dan takwa. Namun secara naluri adalah perasaan saling menyayangi dan berkorban yang dilandasi kecintaan karenaNya. Namun akhir-akhir itu menjadi sebuah kata dan kalimat saja, bukan sebuah aplikasi perbuatan. Liat saja, ketika ada saudara atau teman yang sakit dengan taraf ekonomi menengah kebawah maka yang menjenguknya belum tentu ada. Padahal dialah orang yang paling membutuhkan, membutuhkan motifasi untuk sembuh dan tentu saja membutuhkan bantuan materi serta sedikit hadiah, dll. Tetapi kenyataannya adalah sebagian besar orang-orang yang dijenguk ketika sakit itu hanyalah mereka yang memiliki jabatan, harta dan sesuatu yang bisa menguntungkan penjenguknya, atau setidaknya “menguntungkan saja” . Ukhwah itu sendiri hadir ketika seseorang memiliki rasa kasih sayang atas nama Allah, dan mengharapkan balasan dari allah, bukan balasan atau sekedar keuntungan yang bisa langsung diperoleh dari yang jenguk.

“sekarang semua telah mengalami pergeseran, yang ada hanya kepentingan terhadap sesuatu, kepentingan itu adalah kepentingan yang bisa langsung ia rasakan, seperti efek obat yang langsung sembuh dalam sekejap, begitu juga hal-hal yang ingin dilakukan sebagian besar orang, ada hal yang terlupakan bahwa ada kepentingan lain yaitu kepentingan terhadap Allah, kepentingan habluminannas terhadap mahluk ciptaannya, atas dasar kecintaan kepada Allah, dan balasan atas ini sudah dijanjikan olehnya “Sesungguhnya rahmat Allah Swt amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)”. So sebenanrnya tanyakan kepaa hati kita masing-masing melakukan sesuatu karena atas dasar apa, jangan sampai segala yang kita lakukan hanya berlandasakan kepentingan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline