Tidur merupakan kebutuhan esensial tiap orang dalam upaya mencapai keadaan sehat secara fisik dan mental. Setidaknya, seorang individu kelompok usia dewasa membutuhkan 7---9 jam per hari untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur. Namun, di era modern dengan teknologi maju dan akses hiburan tak terbatas ini, fenomena Revenge Bedtime Procrastination atau menunda tidur karena balas dendam semakin banyak terjadi. Apa itu Revenge Bedtime Procrastination?
Pengertian Revenge Bedtime Procrastination
Revenge Bedtime Procrastination atau menunda waktu tidur untuk balas dendam adalah fenomena yang terjadi dimana orang lebih memilih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dibandingkan tidur. Diksi 'balas dendam' merujuk pada pemenuhan kepuasan seseorang karena kurangnya hiburan atau kesenangan yang didapatkan karena kesibukan yang padat dan waktu senggang yang sedikit. Fenomena menunda waktu tidur menjadi keputusan yang diambil sebagai tanggapan dari stres yang dialami seseorang akibat perasaan jenuh terhadap kesibukan sehari-hari.
Gambaran Fenomena Revenge Bedtime Procrastination
Pada umumnya, Revenge Bedtime Procrastination berisiko dialami oleh individu dewasa muda berusia 18--26 tahun. Hal ini disebabkan oleh kerentanan mereka terhadap gangguan pola tidur, yang seringkali dipengaruhi oleh perubahan aktivitas harian. Rentang usia tersebut mencakup kelompok mahasiswa dan pekerja, yang cenderung memiliki jam kerja atau jadwal yang padat. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Frontiers in Neuroscience dengan melibatkan 766 sampel bahwa fenomena Revenge Bedtime Procrastination dialami oleh sebanyak 67,8% pekerja dan 61,8% mahasiswa.
Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa perempuan lebih rentan mengalami sleep procrastination. Individu dengan evening chronotype (aktif di malam hari) cenderung lebih sering menunda tidur, terutama jika menghadapi stres harian yang signifikan. Fenomena ini juga meningkat selama pandemi COVID-19 silam ketika jam kerja dari rumah seringkali lebih panjang, sementara perempuan secara khusus mengalami pengurangan waktu luang. Faktor-faktor ini berkontribusi pada munculnya sleep procrastination, dengan hampir 40% orang dilaporkan mengalami masalah tidur selama periode tersebut.
Dampak dan Pencegahan Revenge Bedtime Procrastination
Sleep procrastination atau penundaan waktu tidur dapat mengurangi waktu tidur seseorang sehingga dapat menghambat kemampuan tubuh dan pikiran untuk mengisi ulang energi dengan baik. Efek tersebut dapat meningkatkan risiko kantuk di siang hari sehingga dapat menurunkan produktivitas, prestasi akademik pada kelompok mahasiswa atau pelajar, serta meningkatkan risiko kecelakaan mengemudi dalam keadaan mengantuk. Selain itu, secara fisik, hal tersebut juga dapat berdampak pada kesehatan suatu individu, yakni meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular, gangguan metabolisme, dan melemahkan fungsi kekebalan tubuh.
Hal terbaik yang dapat kita lakukan untuk mencegah sleep procrastination adalah dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik sebelum tidur, seperti bersih-bersih sebelum tidur, tidur pada waktu yang sama setiap harinya secara konsisten walau di hari libur, menghindari alkohol atau kafein pada siang atau malam hari, dan tidak melihat layar gawai sebelum tidur, dan melakukan relaksasi sebelum tidur. Relaksasi sebelum tidur juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan me time dan sense of control yang direnggut oleh kesibukan seseorang ketika siang hari. Memiliki suatu rutinitas yang terstruktur dapat mempermudah alur kehidupan kita, dan tentunya mempermudah mendapat tidur malam yang cukup. Selain itu, suasana kamar yang gelap dan sunyi serta kasur yang nyaman juga dapat membuat kita semakin ingin tidur.
Pandangan Keilmuan dan Pengembangan Kebijakan terhadap Fenomena Revenge Bedtime Procrastination