Lihat ke Halaman Asli

Nadir Renjana

Akun nulis puisi

Manusia dan Mengerti

Diperbarui: 17 Desember 2022   01:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto ilustrasi oleh https://unsplash.com/@heathermount

Kita selalu memperlihatkan baiknya hari-hari yang kita lalui, sampai kita sering melupa bahwa topeng pun pada waktunya harus kita lepaskan.

Beberapa kali kita mendahulukan orang lain diatas diri kita sendiri. Padahal tak semua orang berhak atas itu. Tidak semua orang menghargai betapa pun kita berusaha melakukan yang terbaik.

Penghargaan atas diri sendiri adalah sesuatu yang mutlak dilakukan disaat manusia lain mengecilkan langkah kaki yang sudah mati-matian kita usahakan untuk berlari.

Apa peduli orang yang buta atas keringat, air mata, dan darah yang mengucur tidak henti pada sekujur tubuh?

Bagi mereka itu adalah kesia-siaan yang katanya adalah wajar karena kita manusia.

Dapat disimpulkan setiap orang masih sulit memahami orang lain.

Di titik ini, kita akan setuju, bahwa terlalu banyak hal rumit terjadi di dunia ini untuk dapat sekedar dimengerti. Sama halnya seperti matematika.

"Kamu hanya perlu menghapal rumusnya saja" begitu kata guruku.

Tapi pada prakteknya, mengerti adalah hal yang seharusnya lebih dulu dilakukan. Namun mengerti pun tidak sealu cukup untuk menyelesaikan sebuah soal rumit yang beruntun.

Begitu pula dalam menyelesaikan problematika kehidupan yang aku sendiri tidak menemukan rumusnya.

Manusia terlalu sering menuntut pengertian tanpa harus repot untuk mau mengerti orang lain. Dan tanpa harus pusing mengartikan  apa itu pengertian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline