Kecil tapi mematikan sepertinya menjadi sebuah kalimat yang cocok untuk menggambrakan betapa bahayanya sampah plastik yang ada di laut. Seperti yang kita ketahui bersama, kesadaran masyarakat akan kebersihan di laut kurang diperhatikan.
Hal itu terlihat dari besarnya jumlah sampah yang dibuang ke laut yang seolah-olah dianggap remeh oleh manusia. Padahal pada kenyataannya, sampah di laut seringkali disebabkan oleh limbah bekas pakai manusia. Contoh kecil yang paling sering terjadi adalah dengan sengaja membuang sampah bungkus snack secara sembarangan.
Kebiasaan kecil yang dianggap biasa ini jika dilakukan terus menerus akan mencemari laut, merusak ekosistem laut, bahkan menyulitkan populasi laut untuk hidup di laut.
Selain dipicu oleh wisatawan dan turis asing yang selalu mencemari lingkungan pantai dengan sampah mereka, ini juga disebabkan karena kurangnya penggalakan pembersihan laut dan pantai oleh Dinas Pelayanan dan Kebersihan setempat.
Pada mulanya mungkin orang berpikir bahwa dengan melihat luasnya lautan yang dimiliki Indonesia, maka semua hasil pembuangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktivitas manusia di daratan seluruhnya dapat ditampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang membahayakan biota laut yang hidup di laut.
Akan tetapi, dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa dan semakin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan semakin banyaknya bahan-bahan bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dikontrol secara tepat.
Tanpa manusia sadari sampah yang berserakan di lautan tidak hanya mencemari lautan dan yang hidup di laut sana, tetapi juga membahayakan kelangsungan makhluk hidup, termasuk kita. Sampah plastik yang dibuang ke laut bisa kembali ke darat dan menjadi santapan manusia.
Hal ini bisa terjadi apabila makanan laut yang dimakan manusia terkontaminasi oleh serpihan sampah plastic yang ada di lautan. Sedangkan, sampah plastik yang berasal dari daratan atau dari manusia yang dibuang ke laut jumlahnya mencapai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Ini tentu sangat berbahaya bagi manusia dan juga biota laut.
Dampak terhadap binatang laut yang pernah terjadi adalah saat ditemukan paus jenis Sperm wale yang terdampar di perairan Wakatobi. Paus tersebut juga ditemukan dalam keadaan mati mengenaskan karena dalam perut paus yang panjangnya 9,6 meter ditemukan sampah plastik sebesar 5,9 kg.
Tidak hanya Paus yang diduga mati karena sampah plastik yang masuk ke dalam tubuhnya tetapi juga seekor penyu yang pernah ditemukan mati di area pantai Penarukan, Kecamatan Buleleng pada jumat pagi (13/7/18) yang mana di dalam kerongkongan penyu tersebut tersumbat plastik sehingga makanan tidak dapat masuk ke dalam saluran pencernaan dan setelah dilakukan pembedahan dalam perutnya ditemukan plastik.