Kesehatan Masyarakat secara awam dapat diidentifikasi sebagai "Seni dan Ilmu Dalam Mencegah Penyakit". Peradaban Kesehatan Masyarakat tahun 1842 dilakukan pengamatan terhadap kematian anak (mortality rate) dari keluarga pekerja yang bermigrasi dalam urbanisasi di daerah industri Inggris, setengah dari penelitian menujukan indikator kematian anak-anak karena kondisi sanitasi yang buruk. Pada akhirnya, Chadwik, sang tokoh penelitian tersebut mendalami permasalahan kesehatan yang dikaitkan dengan kondisi lingkungan. Public Health juga semakin dipopulerkan oleh John Snow (tahun 1857) setelah penemuannya terhadap faktor sanitasi air yang berpengaruh terhadap timbulnya wabah kolera.
Kian hari, perkembangan Public Health semakin meluas mengenai batasan akan pengertiannya. Diungkapkan oleh Barton, terbaginya empat tahapan yang menjadi era Public Health berdasarkan tiga kategori pembagian, yaitu (1) Purpose and Philosophy, (2) Educational Method , (3) Research Method.
Era tertua adalah era yang berlangsung sebelum tahun 1850 dengan sebutan "Empirical Era". Lalu berkembang menjadi "Basic Science Era" yang berlangsung tahun 1850--1900 sebagai permulaan dunia kedokteran. Pelayanan rumah sakit atau balai pengobatan mulai dikembangkan pada era ketiga yang berjalan tahun 1950 yang mana pada "Clinical Science Era" ini mulai muncul ahli--ahli kedokteran. "Public Health Era" baru dikembangkan setelah tahun 1950 hingga kini. Laju perkembangan ilmu kesehatan memberikan dampak positif pada perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jika pelopor awalnya hanyalah kegiatan praktik dukun yang memiliki kekuatan yang diturunkan turun--temurun, maka dalam era "Empirical", hal ini memicu pendekatan ilmu--ilmu kesehatan. Masih banyak juga perintis Kesehatan Masyarakat lainnya yang memberikan angin segar bagi dunia Kesehatan Masyarakat. Seperti John Snow tahun 1822--1848. Era--era Basic Science melahirkan sebuah era dimana klinik-klinik kesehatan mulai menjadi wadah bagi berkembangnya Public Health Era.
Tahapan perkembangan Kesehatan Masyarakat dunia tidak serta mesta menjadikan Kesehatan Masyarakat berkembang pesat di Indonesia. Melalui proses awal seperti pemulihan keadaan setelah invasi penjajahan Belanda, Indonesia mulai mengembangkan bidang Kesehatan Masyarakat setelah bergabung dengan WHO dan UNICEF tahun 1950. Kesadaran akan pentingnya pencegahan sebelum mengobati menjadi titik acuan Pemerintah saat itu hingga kini. Perkembangan di Indonesia kian merambah ke penjuru negeri sejak lahirnya "Bandung Plan" yang digagas oleh dr. Leimena dan dr. Patah di bidang kesehatan. Gagasan ini berisi pentingnya pendirian terselenggaranya pusat--pusat layanan Kesehatan Masyarakat sebagai awal penyambutan hadirnya KAA pertama di Bandung, Jawa Barat. Health Centre menjadi langkah awal terbentuknnya bidang-bidang Kesehatan Masyarakat lainnya. Walaupun sempat menuai kegagalan dalam pengembangannya, kini Kesehatan Masyarakat menjadi sebuah langkah pasti yang dibawa Pemerintah sebagai upaya Program Indonesia Sehat.
Melihat jauh sejarah perkembangan Kesehatan Masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia tidak juga berjalan dengan mulus, banyak penolakan baik dari ahli medis ataupun masyarakat itu sendiri. Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia juga mulai merabak ke dunia pendidikan, Ilmu Kesehatan Masayarakat sudah mulai dilirik dan dijadikan program studi di Perguruan Tinggi. Tujuan Kesehatan Masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif adalah tiap warga mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial, serta diharapkan berumur panjang.