Lihat ke Halaman Asli

Tim PKM - RSH FPIPS UPI Teliti Fenomena Nomophobia

Diperbarui: 25 September 2023   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.canva.com/istockphoto.com

Lima orang mahasiswa berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial mengangkat fenomena nomophobia, yaitu kecanduan smartphone yang sangat lekat terjadi di kalangan iGeneration. Fenomena yang mereka kaji berfokus pada keterkaitan antara nomophobia dan pengaruhnya terhadap civic disposition pada kalangan iGeneration di era mondial.

Tim tersebut diketuai oleh Sarah Raudlatul Aulia (PKn) dan anggota lainnya yang terdiri dari Putri Minda. C (PKn), Rian Juniawan (PKn), Susan Susanti (Sosiologi), dan Nadila Maulida Fadilah (Psikologi). Riset ini dilakukan di bawah bimbingan dosen Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FPIPS UPI Dr. Sri Wahyuni Tanshzil, S.Pd., M.Pd.

Menurut Rian sebagai perwakilan tim, mengemukakan bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, smartphone menjadi alat penting dalam kehidupan masyarakat dunia saat ini. Smartphone merupakan manifestasi dari majunya peradaban dalam sejarah hidup umat manusia. Adanya smartphone memberikan manfaat berupa kemudahan dalam mengakses segala bentuk informasi dengan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. 

Namun, penggunaan smartphone dengan intensitas tinggi dapat menghadirkan dampak psikologis pada penggunanya berupa ketergantungan, sehingga menimbulkan permasalahan yang serius, salah satunya mengakibatkan munculnya permasalahan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia).

“Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Bragazzi dan Puente, nomophobia merupakan perilaku kecanduan smartphone yang ditandai dengan penggunaan smartphone dalam waktu yang lama, terus-menerus membawa pengisi daya ponsel, merasa sangat khawatir apabila kehilangan smartphone maupun jaringan, sering memeriksa notifikasi, menjadi tidak dapat mematikan ponsel selama 24 jam, serta membatasi interaksi sosial tatap muka.”  Tutur Susan, salah satu anggota PKM RSH.

Sejatinya, nomophobia bukanlah sekadar penyakit ketergantungan biasa karena penggunanya cenderung candu untuk menghabiskan banyak waktu dengan mengakses smartphone, yang mana hal ini dapat menghambat dan mengancam pembentukan civic disposition iGeneration saat ini.

Lebih lanjut dijelaskan, “Orang yang terkena nomophobia cenderung pasif dalam ruang partisipasi publik secara langsung karena sebagian besar waktu yang mereka miliki dihabiskan pada penggunaan smartphone. Sehingga, fenomena nomophobia dapat berpotensi mengakibatkan penurunan kualitas hubungan interpersonal, yang mana hal ini berkaitan dengan Civic disposition. Civic disposition memiliki urgensi bagi iGeneration dalam menghadapi tantangan di era mondial untuk melangsungkan kehidupan bernegara dengan baik.

IGeneration merupakan generasi yang paling berpotensi terkena nomophobia karena mereka memiliki kecenderungan tidak bisa jauh dari smartphone terlebih di era mondial yang kental akan perkembangan teknologi digital. Pasalnya, smartphone lebih banyak digunakan kalangan muda karena menyediakan berbagai fitur canggih. Maka melihat karakteristik nomophobia, tentunya memiliki kaitan dengan civic disposition karena akan sangat berdampak bagi karakter kewarganegaraan iGeneration khususnya dalam gatra individu serta partisipasinya dalam lingkup sosial.

Tim yang terdiri dari jurusan dengan rumpun ilmu sosial humaniora yang berbeda yaitu pendidikan kewarganegaraan, sosiologi, dan psikologi melalui riset ini memiliki tujuan untuk dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada iGeneration mengenai adanya potensi yang berdampak negatif dari timbulnya fenomena Nomophobia yang mengakibatkan penurunan karakter kewarganegaraan (civic disposition), dengan begitu iGeneration diharapkan dapat mengambil langkah preventif dalam menghadapi fenomena nomophobia dan dapat menjadi generasi dengan sikap warga negara yang efektif demi berjalannya kehidupan bernegara yang sehat untuk kemaslahatan bersama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline