Lihat ke Halaman Asli

Nadila Dwi Sapira

Mahasiswa Universitas Islam Riau

Analisis Semiotika-Heuristik-Hermeneutik pada puisi "Hujan Bulan Juni" dan "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono

Diperbarui: 13 Januari 2025   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Puisi "Hujan Bulan Juni" dan "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono adalah dua karya sastra yang terkenal dikalangan remaja dengan  tema-tema  yang sangat berbeda.  Puisi  "Hujan  Bulan  Juni"  menggambarkan rasa kehilangan dan kesedihan setelah kepergian seorang kekasih,sedangkan "Aku Ingin" berfokus pada sebuah harapan untuk menemukan cinta yang tulus dan abadi.

Karya sastra merupakan sebuah media untuk menuangkan ide dan gagasan penulis.Karya sastra memiliki banyak jenis salah satunya puisi. Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penulis yang diungkapkan melalui bahasa.Puisi Hujan Bulan Juni dan Aku Ingin adalah dua karya paling ikonik dari Sapardi Djoko Damono yang menampilkan keindahan bahasa sederhana namun sarat makna, mencerminkan kepekaannya terhadap perasaan manusia dan keindahan alam. Puisi adalah jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk tulisan yang memiliki irama, rima, ritma, dan lirik di setiap bait(Gunawan (2019:8).

Puisi  "Hujan Bulan Juni” dan  "Aku Ingin"  karya  Sapardi  Djoko  Damono  telah  menarik  perhatian saya  karena puisi tersebut menampilkan  tema  yang  sangat  relevan  dengan  kehidupan manusia, yang selalu menantikan keinginan,cinta abadi,dan perasaan yang tulus dalam hidupnya.  Dengan menggunakan bahasa yang indah dan bermakna, puisi-puisi ini telah mampu menunjukkan bagaimana kehidupan manusia dapat  diwujudkan  dalam  puisi. 

Teori semantik sangat tepat untuk mengungkapkan makna dalam kajian sastra.Karena, Semantik (dari bahasa Yunani: semantikos,memberikan tanda, penting, dari kata sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode,atau jenis representasi.Dalam sastra, semantik memperkaya keindahan bahasa, memungkinkan karya seperti puisi atau prosa membangkitkan emosi dan menyampaikan pesan tersirat.Semantik menunjukkan bahwa bahasa adalah lebih dari alat komunikasi. Dengan kata lain,semantik adalah pembelajaran tentang makna.

Teori semantik pada analisis ini menggunakan pendekatan heuristik dan hermeneutik. Dalam analisis sastra pendekatan heuristik ini berfokus pada pemahaman harfiah atau literal dari teks sastra, seperti kata-kata, frasa, struktur kalimat, dan bentuk-bentuk gramatikal yang ada dalam karya sastra. Heuristik sering digunakan pada tahap pertama dalam pembacaan, di mana pembaca mencoba menggali informasi dasar yang terkandung dalam teks, seperti apa yang secara eksplisit dikatakan atau dijelaskan oleh teks tersebutsebelum masuk ke penafsiran(hermeneutik). Setelah tahap heuristik, pembaca dapat beralih ke tahap hermeneutik, yang lebih mendalam dalam penafsiran makna. Hermeneutik berfokus pada pemahaman makna di balik teks dengan mempertimbangkan konteks yang lebih luas, seperti konteks historis, sosial, budaya, dan biografi pengarang. Hermeneutik juga melibatkan dialog antara pembaca dan teks, di mana pembaca berusaha untuk memahami teks dalam hubungannya dengan pengalaman pribadi, pengetahuan, dan latar belakangnya.

Puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono pada dasarnya menggambarkan keindahan dan kedalaman perasaan manusia yang disampaikan dengan cara yang sederhana namun sangat menggugah. Secara umum, puisi ini berbicara tentang hubungan dan perasaan yang kompleks, seperti cinta, kerinduan, dan kesedihan, yang bisa datang secara tiba-tiba dan tak terduga. Puisi ini menggunakan elemen alam, seperti hujan dan waktu (bulan Juni), sebagai simbol yang mencerminkan kehidupan manusia.Puisi ini menunjukkan bagaimana kehidupan dan perasaan manusia sering kali terhubung dengan alam, dan bagaimana pengalaman pribadi kita bisa diterjemahkan ke dalam gambaran yang mudah dipahami melalui elemen-elemen tersebut.

Puisi “Hujan Bulan Juni” memiliki tiga bait yang jika secara heuristik,pada bait pertama tidak ada yang lebih tabah (tetap dan kuat hati) selain hujan bulan Juni (bulan keenam tahun Masehi, ketika musim masih berganti secara teratur, musim penghujan datang bulan Oktober-April) meski tergolong hujan tiban dia tetap dan kuat hati merahasiakan rintik rindunya kepada pohon berbunga itu. Pada bait kedua tidak ada yang melebihi bijak (menggunakan akal budi) hujan bulan Juni. Jejak-jejak kaki ragu-ragu yang tertinggal di jalan yang ia lewati karena turun tidak pada waktunya terhapus. Pada bait ketiga tidak ada yang melebihi kearifan (kebijaksanaan) hujan bulan Juni. Hal-hal yang tak terucap dibiarkan terserap akar pohon bunga.Hujan bulan Juni dipersonifikasi seperti manusia yang memiliki ketabahan, kearifan, kebijakan, tak terucapkan, ragu-ragu, dan dirahasiakannya. Wanita yang dirindukan dikiaskan seperti pohon berbunga.

Secara hermeneutik Hujan bulan Juni menjadi simbol dari peristiwa yang datang tidak tepat waktuk,karena dating pada musim kemarau. Indonesia yang berada di garis khatulistiwa ketika musim berganti secara teratur, musim penghujan hanya akan datang pada bulan Oktober-April. Akan tetapi, dalam puisi ini hujan digambarkan datang pada bulan Juni. Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu. Bunga, secara konvensional merupakan kiasan seorang wanita. Ini merupakan refleksi kerinduan seseorang kepada kekasihnya, kerinduan yang tak mengenal waktu.Meskipun rindunya semakin membiru, ketabahan mengajarkannya untuk memendam rasa tersebut dalam hatinya. Meski rindu membuat hatinya kian melara, dia tak ingin seorang pun tahu.

Padahal kerinduan merupakan suatu  jiwa yang sangat kuat mendorong seseorang melakukan sesuatu. Akan tetapi, sifat bijak mengajarkannya untuk menghapus jejak rindu yang masih ragu-ragu. Ragu-ragu karena rindu datang tidak tepat waktu. Selain tidak tepat waktu, keraguan juga hadir karena tidak ada kepastian cinta dari yang dirindukan. Rindu yang bergemuruh dalam hati, yang meningkatkan adrenalin, yang haus akan sentuhan raga kekasih, tak juga membuatnya melanggar norma. Dia memilih menyembunyikan rindunya dan membiarkannya termaknai tanpa jejak. Hujan bulan Juni lebih arif karena meskipun tergolong hujan pada musim kemarau, dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu. Sang perindu membiarkan kekasih yang dia maksud memaknai sendiri rasa yang dia miliki. Dia lebih menginginkan bahasa tubuhnya yang menyampaikan rindunya.

Sedangkan puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan keinginan mendalam untuk berbagi hidup dengan orang yang kita cintai. Puisi ini menyampaikan harapan agar bisa menjadi bagian dari kehidupan orang lain dengan cara yang sederhana dan tanpa paksaan. Dengan bahasa yang lugas, puisi ini menggambarkan cinta yang tulus dan harapan untuk kebersamaan yang tenang. Secara keseluruhan, Aku Ingin menyoroti keinginan untuk cinta yang hidup dalam kesederhanaan, tanpa membutuhkan pengakuan besar, tetapi melalui saling pengertian dan kehadiran yang penuh makna.

Puisi “Aku Ingin” merupakan puisi yang hanya memiliki dua bait saja.Jika secara heuristik, bait pertama menjadi “aku ingin mencintaimu(mencintai kamu) dengan sederhana” (bersahaja).(Seperti bersahajanya) kayu yang tak sempat (tidak memiliki waktu yang cukup) untuk mengucapkan kata kepada api yang telah menghanguskannya menjadi abu (sisa yang tertinggal setelah pembakaran).Bait kedua bertransformasi menjadi aku ingin mencintaimu(mencintai kamu) dengan sederhana (bersahaja). (seperti bersahajanya) isyarat (tanda) yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada (awan yang mengandung uap air kemudian berkondensasi menjadi hujan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline