Olimpiade Musim Dingin yang akan diselenggarakan pada bulan Februari mendatang di Beijing menuai beberapa kecaman dan kontroversi. Beberapa negara-negara yang berseberangan dengan Tiongkok seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada dan Denmark memutuskan untuk memboikot secara diplomatic olimpiade musim dingin ini. Alasannya adalah dugaan pelanggaran HAM yang terjadi kepada muslim Uighur di wilayah Xinjiang, Tiongkok Barat.
Lantas, Barat pun kerap menyamakan Olimpiade 2022 di Beijing ini kurang lebihnya sama seperti Berlin 1936 dibawah kepemimpinan Nazi Hitler. Tidak hanya olimpiade, bahkan kebijakan yang diterapkan Xi Jinping pun tidak beda jauh dengan apa yang pernah dilakukan oleh Hitler. Namun, ini bukanlah satu-satunya yang pernah dibandingkan di era modern saat ini. Sebelumnya, pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un juga pernah disamakan dengan Adolf Hitler bahkan buku yang ditulis Hitler, Mein Kampf diduga menjadi alat propaganda bagi Korea Utara.
Adolf Hitler terpilih menjadi pemimpin Fuhrer pada masa pemerintahan Nazi pada 1933. Tak lama setelah itu, Hitler kemudian melancarkan Holocaust yang dimana operasi ini membunuh dan menyiksa jutaan suku non-Arya, yang salah satunya adalah Yahudi. Hitler juga melanggar perjanjian Versailles dengan menyerang Polandia dan Perancis. Kembali ke masalah anti-semitisme, Hitler juga mengusulkan ke IOC dalam perhelatan Olimpiade 1936 untuk tidak menggunakan atribut yang berbau Bintang Daud atau Yahudi di Olimpiade tersebut.
Terjadi pemboikotan secara internasional oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat saat itu. Namun, Hitler membodohi AS dan negara-negara lain dengan memerintahkan penghapusan konten anti-semit di Berlin hanya beberapa hari menjelang Olimpiade 1936. Pers internasional juga pada saat itu juga mengatakan bahwa dari Jerman sendiri bahwa pembicaraan tentang rasialisme dan dan ekspansionisme hanyalah gossip dan terlalu dilebih-lebihkan.
Setelah olimpiade ini, Berlin dibawah kepemimpinan Nazi kemudian melancarkan serangan Holocaust dengan menyiksa orang-orang Yahudi dan bersama dengan Italia, Spanyol dan Jepang, Jerman Nazi kemudian terjun langsung dalam blok poros pada Perang Dunia ke-2 melawan Blok Sekutu. Nazi kemudian juga menginvasi Polandia dan beberapa wilayah Eropa lainnya selama 6 tahun hingga 1945.
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan Tiongkok? Jika dilihat dari pemikiran-pemikiran Barat, system yang digaungkan oleh Xi Jinping pun tidak berbeda jauh dengan apa yang pernah dilakukan Hitler dulu. Jika Hitler membunuh orang-orang Yahudi dan memasukkannya ke kamp konsentrasi, Xi Jinping juga melakukan hal yang sama terhadap etnis muslim Uighur dan Budha Tibet. Jika Nazi Hitler dulu mengekspansi wilayah Eropa seperti Polandia dan Perancis, Tiongkok pun juga sama seperti di wilayah Himalaya India, pulau-pulau kecil seperti Natuna dan Senkaku bahkan hingga Rusia Timur Jauh.
Jika kita lihat lebih dalam, negara-negara demokrasi Barat yang memutuskan untuk memboikot Olimpiade Beijing 2022 dan menyamakan Xi Jinping seperti Hitler sudah bukan menjadi hal yang asing lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh kecemburuan Barat terhadap Tiongkok karena kita tahu Tiongkok sudah menjadi negara dengan ekonomi nomor satu di dunia, mengalahkan Amerika Serikat sehingga negara-negara Barat menggunakan aliansinya seperti NATO dan G7 untuk melawan pengaruh Tiongkok itu. Disamping itu, negara-negara adikuasa Barat ini juga pernah melakukan kesalahan yang sama seperti Xi dan Hitler. Yakni dengan melakukan perbudakan terhadap suku-suku lokalnya seperti Indian dan Aborigin, bahkan korban di masa perbudakan Barat ini lebih kejam daripada yang pernah dilakukan oleh Xi dan Hitler.
Wawancara Oliver Stone dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin sudah bisa dikatakan menjadi dasar mengapa AS dan Barat melakukan "perang dingin" di Tiongkok. Hal itu didasari karena masalah ekonomi. "Sejak kapan Islam diidentikkan dengan terorisme? Setelah perang dingin berakhir, Barat butuh musuh baru agar ekonominya berputar.
AS menginvasi Irak dan Afghanistan dengan menciptakan ISIS. Rusia dan dunia sudah biasa menyaksikan inkonsistensi Amerika Serikat. Ketika masyarakat dunia sudah mulai bosan dengan isu terorisme Islam, dia sudah mempersiapkan mana lagi yang akan dijadikan "musuh" bagi mereka", ucap Putin. Dan tidak kaget jika penarikan pasukan dari Afghanistan kemarin adalah jalan bagi AS untuk memulai "perang dingin" dengan Tiongkok dan bukan tidak mungkin berubah menjadi Perang Dunia ke-3.
Sumber: