Lihat ke Halaman Asli

Kisah Pilu di Balik Lagu “Wake Me Up When September Ends” dan Luka Lama Peristiwa 1965

Diperbarui: 30 September 2021   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gatot Nurmantyo. Sumber: Populis

Lagu Wake Me Up When September Ends yang dibawakan oleh grup music bertema rock, Green Day ternyata dibuat dibalik kisah yang memilukan. Berawal dari kepergian dari ayah sang vokalis, Billy Joe Armstrong pada 1 September 1982 karena kanker tenggorokan. Pada saat pemakaman ayahnya, beliau memutuskan untuk lari ke kamar sambal menangis dan mengunci pintu kamarnya. Armstrong hanya berkata "Wake me up when September ends (Bangunkan aku ketika September telah berakhir)", yang lalu dijadikan judul lagu hits milik unit punk rock tersebut.

Namun, beberapa pihak justru mengaitkan lagu ini dengan peperangan setelah serangan 9/11 yang dimana Gedung World Trade Center atau WTC diserang oleh teroris pada 11 September 2001 silam. Peperangan yang dimaksud adalah invasi AS ke Afghanistan yang berlangsung selama 20 tahun untuk memburu Osama bin Laden, buronan AS yang menjadi dalang serangan WTC ini. Walhasil, bin Laden terbunuh pada tahun 2010 silam. AS baru saja hengkang dari Afghanistan pada bulan Agustus silam dan kini Afghanistan dikuasai oleh Taliban, sama seperti sebelum invasi AS pada tahun 2001 silam.

Lagu ini dimasukkan ke dalam album American Idiot pada tahun 2004 dan sudah tercetak lebih dari 1,6 juta kopi pada tahun 2010. Hal ini lah yang membuat lagu ini menjadi lagu laris bagi band punk ini di Amerika. Billie Joe Armstrong juga bercanda untuk membuat lagu di bulan lain. Judul yang terpikirkan olehnya adalah, ''Shut the F**k Up When October Comes'.

Di Indonesia, seperti yang kita tahu setiap September pasti ada isu-isu yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan 1965-66 yang dimana ada jutaan orang Indonesia yang diculik, dibunuh, disiksa dan dimasukkan ke kamp konsentrasi karena dituduh berafiliasi dengan PKI atau haluan kiri/komunisme yang dilarang di Indonesia.

Salah satu orang yang sering berbicara masalah ini setiap bulan September adalah Jend. TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Ya, mantan panglima TNI ini sering berbicara bahkan sempat menuduh jika TNI saat ini disusupi oleh PKI. Dalam sebuah diskusi yang diadakan pada hari Minggu (26/9), mantan panglima TNI ini menyebut bahwa TNI saat ini disusupi oleh paham-paham kiri. "Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," tuturnya.

Tak lama kemudian, Letjen Dudung Abdurachman yang saat ini menjabat sebagai Pangkostrad menegaskan bahwa tidak benar jika paham-paham kiri menyusup di tubuh TNI seperti apa yang disampaikan oleh Gatot ini. "Jadi, tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami. Seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo selaku senior kami di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepada kami, selaku Panglima Kostrad. Dalam Islam, disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," jelasnya.

Hal ini bermula dari pembongkaran patung Soeharto dkk yang berada di museum Mandala, Markas Kostrad. Gatot mempertanyakan Letjen AY Nasution yang membongkar patung-patung seperti Soeharto, Sarwo Edhie, dsb. Oleh karena itu, Gatot menuding ada isu-isu kiri di tubuh TNI. "Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," tuturnya.

Sebenarnya, hal ini bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh mantan panglima TNI ini. Sebelumnya, pada tahun 2020, Gatot pernah juga mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan ini. Salah satunya adalah mengenai jabatannya. Gatot mengaku dicopot lebih awal sebagai Panglima TNI karena memerintahkan jajarannya untuk menonton film G30S PKI.

Walhasil, Gatot mendapat teguran dari rekannya yang berada di PDIP. Dia diminta untuk menghentikan pemutaran film itu atau dicopot dari jabatannya. "Saya bilang terima kasih, tapi di situ saya gas karena ini adalah benar-benar berbahaya. Dan memang benar-benar saya diganti," ujar Gatot. Meskipun begitu, Istana mengklarifikasi bahwa pencopotan Gatot memang sudah hal yang biasa karena sudah memasuki masa pensiun. "Kalau untuk itu kan karena memang masa jabatan Pak Gatot sudah selesai dan memang sudah waktunya pergantian rutin pimpinan TNI. Jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemutaran G30S," kata Donny kepada wartawan, Kamis (24/9/2020).

Sudah tidak heran lagi jika setiap September, orang-orang seperti Gatot Nurmantyo mengeluarkan isu-isu yang berkaitan dengan peristiwa ini, lantaran posisi politik Gatot yang berseberangan dengan Jokowi. Hal ini juga bisa dijadikan propaganda politik mereka untuk Pilpres 2024. Gatot sendiri juga merupakan salah satu pendiri dari organisasi KAMI atau Koalisi Menyelamatkan Indonesia yang didirikan pada tahun 2020 silam bersama beberapa tokoh-tokoh lainnya seperti Din Syamsuddin, Amien Rais, MS Kaban, dsb. Banyak yang menduga, KAMI ini akan bermetamorfosis menjadi partai politik, sama seperti halnya Nasdem yang dulunya ormas menjadi partai politik juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline