Lihat ke Halaman Asli

Nadia

Part of @jambishoppingdayy

Kritik pada Anak Perempuan yang Harus "Serba Bisa"

Diperbarui: 29 November 2020   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

123rf.com

Jika dibayangkan mengenai pandangan kalau anak perempuan tidak sama berharganya dengan anak laki-laki saat ini tentusaja menjadi bahan tertawaan mengingat perjuangan R.A Kartini dalam memperjuangkan persamaan kedudukan anak laki-laki dan perempuan.

Tapi bila kita menyorot pada kehidupan saat ini anak perempuan memikul beban yang cukup berat karena dituntut untuk "serba bisa". Ia harus menguasai pekerjaan rumah yang apabila si anak tidak cukup terampil dalam berbenah rumah bisa dicap jelek seperti "Pemalas" dan orang tua paling sering berkata " anak gadis kok bangunnya siang", "anak gadis kok gak bisa masak", "anak gadis kok gak bisa beres-beres rumah?". Sebaliknya bila seseorang yang memiliki keterampilan lebih dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dianggap "rajin" dan didewakan. selain itu anak perempuan dituntut untuk cantik padahal setiap orang memiliki definisi cantik yang berbeda-beda. 

Nah berangkat dari lingkungan sekitar sudah seharusnya orangtua dan lingkungan sekitar berkaca untuk tidak menuntut seorang anak perempuan untuk harus bisa ini dan itu. Kenapa saya berkata demikian? Karena tidak ada yang salah dengan ketidakmampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan bila diibaratkan seorang anak yang pintar matematika belum tentu pandai di mata pelajaran ilmu sosial kan?

Dapat dipahami bahwa seseorang memiliki keterbatasan dalam melakukan suatu pekerjaan.

Maka dari itu anggapan bahwa anak perempuan yang tidak bisa masak akan susah dapat jodoh perlu diluruskan bahwa kemampuan memasak seseorang bukan menjadi tolak ukur dalam mencari pasangan walaupun kita tidak bisa menampik bahwasanya seorang laki-laki tentunya menginginkan seorang istri yang bisa memasak tetapi tidak semua lelaki demikian kan? Ini soal preferensi (selera) dan tentunya seorang memiliki keterampilan masing-masing pada bidang tersendiri. Jikalau kamu tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sebaik yang lain bukan berarti kamu tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumahkan hanya saja sebagian diberkahi dengan keterampilan yang lebih baik. Hal ini perlu digaris bawahi karena anggapan ini terkandang secara tidak langsung dapat meninggalkan bekas yaitu luka sehingga seseorang menganggap ini sebagai beban dan merasa rendahdiri barangkali sehingga ia merasa tidak berguna dan kecewa. Mirisnya kritik ini kadang disampaikan oleh kaum wanita mereka secara tidak sadar menyakiti hati seseorang.

Seperti yang dikutip dari Science of People, orang-orang "toxic" terlihat suka mengatur hidup orang lain; gemar menonjolkan dan mengutamakan dirinya sendiri atau menunjukkan sikap narsisis; selalu berpandangan negatif dan membuat situasi menjadi pesimis atau suram; senang menciptakan drama dan mencari-cari hal yang salah dari sesuatu; mudah cemburu dan menghakimi; suka memanipulasi atau berbohong; juga sering mengabaikan perasaan dan pandangan orang lain serta selalu merasa paling benar.

Maka dari itu pesan saya adalah sebagai seorang manusia biasa perempuan juga memiliki keterbatasan, dan tidak perlu membandingkan keterampilan satu sama lainnya. Karena masing-masing punya bidang yang berbeda.

berikut video mengenai stereotip terhadap anak perempuan di indonesia:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline