Lihat ke Halaman Asli

Yuk Belajar Seni Public Speaking

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13464046701697273736

[caption id="attachment_209774" align="aligncenter" width="420" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Posting Kompasianer Palti Hutabarat di sini sangat menarik. Dalam artikel itu ditulis bahwa Komnas Perlindungan Anak telah menyurati Presiden SBY yang menegur anak-anak yang tertidur saat SBY menyampaikan pidato pada Peringatan Hari Anak Nasional di Taman Mini Indonesia Indah, 29 Agustus 2012. Anak-anak itu tertidur selama pidato Presiden mungkin karena dua hal : kecapekan atau isi pidato tak menarik minat. Pelajaran berharga : Presiden Indonesia menegur anak Indonesia pada peringatan Hari Anak! Saat ini saya tengah memelajari seni public speaking, yakni kiat-kiat berbicara efektif dan efisien di depan umum. Pelajaran public speaking mengajarkan pokok-pokok sederhana, yakni : menetapkan tujuan pidato (memberi informasi, menghibur, membangkitkan perasaan, dan memprovokasi tindakan); mengenali besarnya audiens, mengetahui rata-rata usia audiens, memahami alasan kenapa audiens mendengarkan pidato, serta menetapkan durasi pidato. Berkaitan dengan pidato Presiden dalam peringatan Hari Anak itu, isi pidato Pak SBY agaknya mengabaikan pokok kedua dan ketiga seni public speaking, yakni pemahaman rata-rata usia audiens dan alasan kenapa audiens mendengarkan pidato. Jika menyimak permasalahan yang ada, boleh dibilang isi pidato Presiden tidak disiapkan dengan semangat 'ramah bahasa' yang sesuai dengan latarbelakang kemampuan kebahasaan audiens anak-anak, yang harusnya berciri sederhana, bisa difahami, dan menimbulkan minat. Selanjutnya, dalam acara peringatan Hari Anak itu, anak-anak yang hadir bukan merupakan audiens yang sukarela hadir untuk menikmati pidato atau acara wicara yang mereka harapkan. Ini sungguh berbeda dengan anak-anak yang sukarela hadir untuk menikmati acara mendongeng dari seorang pendongeng, misalnya. Walhasil, keseluruhan pidato Presiden pada peringatan Hari Anak tersebut merupakan 'a complete mess', di mana semua aspek efisiensi dan efektivitas public speaking tidak tercapai. Ada baiknya, bila para pembantu Presiden, khususnya yang bertugas menyiapkan pidato dan rencana public speaking, mulai lebih arif memahami calon audiensnya, dan memahami aspek-aspek pokok public speaking. Isi pidato dan cara penyampaian harus disesuaikan dengan audiensnya, janganlah asal tulis dan memaksakan isi pidato dan suasana pidato yang tak sesuai dengan audiensnya. Ilmu public speaking menyiratkan bahwa apabila pidato kita tidak sukses, jangan salahkan audiens; salahkah diri sendiri yang kurang memahami aspek-aspek public speaking. Saya sendiri jadi sedih melihat Pak SBY, Presiden favorit saya, jadi sorotan masyarakat karena terkesan 'nesu' (marah) pada audiensnya (anak-anak) karena pidatonya ditinggal tidur. Ini semestinya tidak perlu terjadi bila isi pidato baik konten dan bahasanya telah disesuaikan dengan audiens anak-anak. Isi pidato harusnya membuat audiens terinformasi, tergugah, terinspirasi, dan terhibur, bukannya menjadi lullaby (lagu untuk meninabobokkan bocah)! Sabar ya, Pak SBY!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline