Lihat ke Halaman Asli

Menyontek Bagaikan Budaya di Dunia Pendidikan

Diperbarui: 15 Februari 2019   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaikan sebuah kegiatan yang biasa di lakukan, Menyontek seperti sudah menjadi sebuah tradisi bagi seluruh tingkat pendidikan, baik SD, SMA, maupun dari perguruan tinggi. Hasil survey yang dilakukan oleh Little Circle Foundation (2015) sebuah yayasan yang berfokus pada pendidikan di Indonesia kepada 344 mahasiswa Universitas Udayana, di Denpasar, Bali. Menunjukkan bahwa 92,7% mahasiswa Universitas Udaya pernah menyontek ketika ujian. Mirisnya lagi dari hasil survey tersebut, 59,7% mahasiswa merasa biasa saja ketika ditanya mengenai perasaan mereka setelah menyontek, dan hanya 30,3% mahasiswa yang merasa bersalah setelah menyontek.

Perilaku menyontek tidak hanya memberikan dampak buruk bagi dunia pendidikan, namun juga bagi para individu yang melakukannya. Menyontek dapat mengurangi kemampuan mengembangkan ide dan kreatifitas dari seseorang, karena cenderung menyalin atau meniru hasil kerja seseorang tanpa mencoba berpikir untuk mengembangkannya. Perilaku ini muncul dikarenakan setiap individu menginginkan nilai terbaik dan mendapatakan pengakuan dalam prestasi belajar. Namun tidak hanya itu, munculnya perasaan malu saat mendapatkan nilai rendah, dan juga tekanan dari sekolah maupun keluarga yang menuntut setiap individu mendapatkan nilai terbaik pada setiap pelajaran dapat membuat kurangnya rasa percaya diri akan sesuatu yang sedang dikerjakan hingga menimbulkan rasa takut akan kegagalan juga dapat mendorong pelajar untuk menyontek.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline