ARTIKEL DITULIS OLEH :
- Nadia Natalia Pasaribu (4213510005)
- Joy Sergio Situomorang (4212610003)
- Naomi Sihotang (4213510009)
- Shafira Sugiri (4212510003)
- Tesalonika Simanjuntak (4213510022)
Mahasiswa/i Kimia Angkatan 2021 Universitas Negeri Medan
Sebagai Project Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nanoteknologi dengan Dosen Pengampu Moondra Zubir, S.Si, M.Si, Ph.D
Carbon Nanotube mempunyai bentuk silinder satu dimensi dengan diameter skala nanometer dan panjang skala mikrometer. Carbon nanotube dapat didefinisikan sebagai lembaran grafit setebal 1 atom yang digulung menyerupai silinder dan memiliki diameter dengan orde nanometer. Beberapa teknik umum yang digunakan untuk identifikasi CNT meliputi:
- Mikroskop Elektron Transmisi (TEM):Teknik ini menggunakan berkas elektron berenergi tinggi untuk menghasilkan gambar CNT dengan resolusi tinggi. TEM dapat digunakan untuk menentukan diameter, kiralitas, dan jumlah lapisan dinding CNT.
- Mikroskop Elektron Scanning (SEM):SEM digunakan untuk mengamati morfologi permukaan CNT. SEM dapat memberikan informasi tentang panjang, diameter, dan cacat pada permukaan CNT.
- Spektroskopi Inframerah (FTIR):FTIR digunakan untuk mengukur serapan molekul CNT pada panjang gelombang inframerah tertentu. FTIR dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional pada permukaan CNT
Struktur Carbon Nanotube
dapat dianalogikan dengan lembaran grafit yang digulung menjadi silinder. Grafit tersusun atas atom karbon yang tersusun dalam struktur heksagonal. Struktur heksagonal ini dapat digulung dengan berbagai cara, menghasilkan berbagai jenis CNT
- Nanotube karbon berdinding tunggal (SWCNT) : SWCNT terdiri dari satu lembar grafit yang digulung menjadi silinder.diameter SWCNT biasanya berkisar antara 1 dan 10 nanometer.
- Nanotube karbon berdinding ganda (DWCNT) : DWCNT terdiri dari dua atau lebih lembar grafit yang digulung secara konsentris. Diameter DWCNT biasanya berkisar antara 5 dan 20 nanometer.
- Nanotube karbon Multi-Dinding (MWCNT) : MWCNT terdiri dari banyak lembar grafit yang digulung bersama. Diameter MWCNT dapat bervariasi dari beberapa nanometer hingga beberapa micrometer
Biosensor
biosensor adalah alat pendeteksi biologis yang menggunakan teknologi nanoskala untuk mendeteksi molekul dalam sampel biologis dengan sensitivitas tinggi dan resolusi yang baik.
Biosensor terdiri dari dua komponen utama:
- Elemen biologis (bioreseptor): Berfungsi untuk mengenali dan mengikat zat target (analit) secara selektif. Contoh bioreseptor adalah enzim, antibodi, DNA, atau sel.
- Transduser: Mengubah interaksi biospesifik antara bioreseptor dan analit menjadi sinyal yang dapat diukur, seperti sinyal optik, elektrokimia, akustik, atau termal.
Biosensor memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu:
- Sensitivitas: Kemampuan sensor untuk merespon perubahan konsentrasi analit per satuan.
- Selektivitas: Kemampuan sensor untuk merespon target analit saja dan tidak terpengaruh oleh zat pengganggu lainnya.
- Rentang: Rentang konsentrasi analit di mana sensor menunjukkan sensitivitas yang baik.
- Waktu tanggap: Waktu yang dibutuhkan sensor untuk mencapai 63% dari respons akhirnya terhadap perubahan konsentrasi analit.
- Reproduksibilitas: Ketepatan hasil pengukuran yang dapat diperoleh dengan sensor.
- Linearitas: Hubungan yang linear antara sinyal yang diukur dengan konsentrasi analit.
- Ketahanan: Kemampuan sensor untuk bertahan dalam kondisi lingkungan tertentu.
- Kemudahan penggunaan: Kemudahan penggunaan sensor oleh pengguna.
Teknologi Biosensor dalam Carbon Nanotube